Tag: AdaPropagandaCintayangHarusSelesaiSoreIni

  • Membaca Goenawan Mohamad

    Membaca Goenawan Mohamad

    Siapakah Goenawan Mohamad? Apakah ia menandai berakhirnya sebuah zaman? Zaman ketika sastra, jurnalisme, idealisme, dan perjuangan kebebasan berkelindan. Masa ketika sastrawan, wartawan, dan aktivis seringkali adalah sosok yang sama—sebagaimana GM, begitu ia biasa dipanggil. Jauh sebelumnya, kita mengenal nama-nama, antara lain, Tirto Adi Suryo di awal 1900-an, atau Mochtar Lubis di tahun 1950-an hingga 1970-an. Tradisi tritunggal wartawan-sastrawan-pejuang itu dilanjutkan GM, penyair sekaligus pemimpin Tempo, majalah berita yang didirikannya tahun 1971. Bayangkan, selama seratus tahun lebih, di sepanjang abad ke-20, kita sebenarnya terbiasa dengan bersatunya kerja wartawan, sastrawan, dan perjuangan kebebasan. Di Indonesia, itu adalah masa ketika kita belum memiliki demokrasi yang stabil. Buku ini adalah catatan yang barangkali mengantisipasi itu. Tulisan-tulisan di dalam buku ini berasal dari Seminar Membaca Goenawan Mohamad yang diadakan untuk memperingati ulang tahun GM yang ke-80. Hampir semua

    Penulis: di sini adalah mereka yang tumbuh dengan membaca tulisan-tulisan GM serta terinspirasi secara langsung olehnya. Terutama mereka yang lahir di tahun 1960-an atau awal 1970-an atau yang menghidupi dunia kesusasteraan dan kewartawanan. Sedikit sisanya adalah para sarjana filsafat generasi lebih kini yang diminta untuk mengkaji bagaimana GM menafsir pada pemikir kontemporer kontinental.
    Penulis: Rizal Mallarangeng, Andi Budiman, Agus Sudibyo, Ni Made Purnama Sari, Nirwan Dewanto, Ayu Utami, Triyanto Triwikromo, Uli Abshar-Abdalla, Y.D. Anugrahbayu, Yulius Tandyanto, A. Setyo Wibowo, Bambang Sugiharto, Fitzerald Kennedy Sitorus, Martin Suryajaya, Donny Danardono, Sri Indiyastutik
    Editor: Ayu Utami & Alpha Hambally
    Perancang
    Sampul: & Penataletak: Teguh Tri Erdyan
    Kategori: Nonfiksi, Sosial
    Terbit: 28 Desember 2022
    Harga: Rp180.000
    Tebal: 463 Halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024819446
    ISBN: Digital: 9786024819316
    ID KPG: 592202087
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG & Komunitas Utan Kayu

  • Aku, Kamu, Kita: Belajar Berbeda

    Aku, Kamu, Kita: Belajar Berbeda

    Menurut kesetaraan, sebagai perempuan, bagiku teras seperti ungkapan yang menyimpang dari tujuan riil. Menuntut kesetaraan berarti ada unsur pembanding. Dengan siapa atau dengan apa perempuan ingin setara? Dengan laki-laki? … Dengan

    Ukuran: baku? Mengapa tidak dengan dirinya sendiri?” ” Keinginan untuk menghilangkan perbedaan jenis kelamin sama dengan pembantaian umat manusia, yang lebih keji daripada segala bentuk perbuatan yang menghancurkan di sepanjang sejarah. Membangun budaya perempuan-lelaki, artinya budaya yang menghargai kedua jenis kelamin, …mau tidak mau harus dilakukan. Caranya adalah dengan … memberikan kembali nilai-nilai budaya pada seksualitas perempuan.”
    Penulis: Luce Irigaray
    Penataletak: Ade Pristie Wahyo
    Perancang
    Sampul: Rully Susanto
    Penyelaras
    Bahasa: Nathalie Coudert-Pandoyo
    Gambar
    Sampul: Pantai Mediterania, karya Mochtar Apin (1960)
    Kategori: Nonfiksi, Esai
    Terbit: September 2005
    Harga: Rp
    Tebal: 176 halaman
    Ukuran: 130 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9799100364
    ID KPG: 133200539S
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Pak Presiden Menyanyi: Esai tentang Karya Musik dan Puisi SBY

    Pak Presiden Menyanyi: Esai tentang Karya Musik dan Puisi SBY

    Presiden Pertama RI, BK, menggagas suatu bentuk lagu populer Indonesia dengan semangat peperangan. Presiden Keenam RI, SBY, mewujudkan suatu lagu pop Indonesia dengan semangat perdamaian. Berdasarkan asumsi tersebut, Yapi Tambayong mengkaji karya musik SBY dengan apresiasi semadyanya. Itulah bentuk apresiasi dengan menempatkan keberadaan SBY sebagai pencipta lagu tanpa mengaitkan dirinya sebagai presiden yang berkuasa. Dengan ungkapan lain, SBY di taruh di antara nama-nama pencipta lagu pop pada peta sejarah musik pop Indonesia. Sebagai penyair dan pencetus gerakan Puisi Mbeling, Yapi Tambayong alias Remy Sylado juga mengkaji puisi-puisi SBY sebagaimana terkumpul dalam dua buku puisinya, Taman Kehidupan dan Membasuh Hati—yang masing-masing diberi pengantar oleh K.H. Mustofa Bisri dan Putu Wijaya. Tak kalah menarik, sebagai musikus, Yapi Tambayong memberi kita wawasan cukup luas mengenai sejarah musik pop di Indonesia beserta konsep-konsep di balik lahirnya aliran musik yang telah mendunia tersebut. Bagaimana musik dan lirik lagu-lagu SBY di mata Yapi Tambayong? Adakah puisi SBY yang mesti dinilai sebagai kritik dan memiliki kandungan sanepa? Bagaimana pula komentar para sarjana musik dan sastra kita—seperti Franky Raden, Ben M. Pasaribu, Rahayu Supanggah, Jakob Sumardjo, dan Perry Rumengan—atas kiprah kesenian SBY? Buku ini memaparkannya.

    Penulis: Yapi Tambayong
    Perancang
    Sampul: Rio Tupai
    Penataletak: Dadang Kusuma
    Kategori: Nonfiksi, Esai
    Terbit: Januari 2011
    Harga: Rp
    Tebal: 308 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799103109
    ID KPG: 901110404
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 13+
    Penerbit: KPG EBook:
    Gramedia Digital Buku Terkait

  • Dari Jokowi hingga Pandemi

    Dari Jokowi hingga Pandemi

    Dari Jokowi hingga Pandemi mengajak kita memahami berbagai persoalan politik, sejarah, kebudayaan, legacy, hingga pandemi Covid -19 dari sudut pandang “orang Istana”. Ditulis dengan

    Bahasa: renyah dan populer khas tulisan di media massa,
    Penulis: berupaya merajut narasi kebangsaan melalui praktik kepemimpinan Joko Widodo, yang mengedepankan rekonsiliasi, politik yang merangkul semua kalangan. Buku ini bukan hanya memberi pengetahuan dan pemahaman atas ragam peristiwa yang terjadi di Tanah Air, melainkan juga mendorong tumbuh kembangnya sikap saling menghargai, terbuka dalam berpikir, menghormati keragaman, dan bersedia untuk saling bekerja sama demi kebaikan bangsa dan negara. “Membaca tulisan -tulisan
    Penulis: , terutama seputar kebijakan dan kepemimpinan Jokowi, kita seperti mendapat wawasan dari dalam. Simak saja tulisannya, ‘Lamun Sira Sekti, Aja Mateni’…. Konteks tulisan ini memberi pesan kepemimpinan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa saat seorang pemimpin mengemban jabatannya, dia tidak boleh semena -mena dan menindas rakyatnya. Tugas pemimpin adalah mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya.” —Sidarto Danusubroto, Dewan Pertimbangan Presiden RI “Daya jelajah isu yang disuguhkan cukup luas, dari praktik politik kekuasaan Jokowi, kontestasi elektoral terutama di Pilpres 2019, hingga masuk ke pusaran polemik isu kontemporer seperti pandemi Covid -19 dan vaksinasi…. Jejak narasi kebangsaan terasa, misalnya, saat memberi penekanan pada
    Bahasa: n rekonsiliasi…. Sudah tepat jika Mas Eko terus mengingatkan pembaca akan bahaya segregasi, terlebih melalui cara -cara mengeksploitasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan dalam pembelahan warga saat pemilu.” —Dr Gun Gun Heryanto, MSi, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute; Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta.
    Penulis: Eko Sulistyo
    Editor: Galang Aji Putro
    Penataletak: Setyo Bekti Nugroho
    Perancang
    Sampul: Wendie Artswenda
    Kategori: Nonfiksi, Politik, Esai
    Terbit: 24 Maret 2021
    Harga: Rp 90.000
    Tebal: 314 halaman
    Ukuran: 140 mm × 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024815530
    ID KPG: 592101891
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Pengecam Polos Indonesia Tiada Tara

    Pengecam Polos Indonesia Tiada Tara

    Membaca judul buku ini segera terbayang sosok HMT Oppusunggu yang tak pernah putus mengecam siapa saja yang menurutnya patut dikecam: kepala negara hingga kepala desa, teknokrat hingga konglomerat, rohaniwan sampai umat, serta badan-badan internasional hingga guru besar. Nada kecamannya beragam, mulai dari uraian yang runtut-tenang (professorial) ke peringatan, bahkan ke dampratan dan ancaman bersifat mirip nubuat (prophetic). Sebanyak 53 tulisan HMT Oppusunggu dalam buku ini dipilih dari serangkaian surat, artikel, gugatan, dan bukunya sejak 1983 di masa Orde Baru hingga 2018 di masa pemerintahan Jokowi. Diterbitkan untuk menyambut 96 tahun “Sang Raja Kecam” yang pikirannya masih tajam meski tubuh sudah ringkih digerogoti

    Usia: . Terasa, semua tulisan HMT Oppusunggu nyaris tidak ada pamrih pribadi perasaan besar diri, sok pintar, apalagi benci dan dendam. Yang ada hanyalah polosnya, kewiwasaan atau spontanitas, keterusterangan, amarah dan duka atas derita masyarakat umum akibat perilaku dan sepak terjang pihak-pihak yang dikecamnya.
    Penulis: HMT Oppusunggu
    Kategori: Nonfiksi, Esai, Politik
    Terbit: 9 September 2019
    Harga: Rp 95.000
    Tebal: 464 halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024811785
    ID KPG: 591901668
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Alam Terkembang Hilang Berganti

    Alam Terkembang Hilang Berganti

    “Tulisan-tulisan dalam buku ini menunjukkan betapa Chabib sudah begitu mendalami dunia seni rupa. Betapa tidak, hampir semua unsur medan sosial seni rupa Indonesia, tentu saja dengan “studi-studi kasus” tertentu, hadir dalam buku ini. Chabib sebagai “orang seni rupa” pun muncul ketika ia membicarakan sejarah atau bahkan sekadar menceritakan sebuah perjalanan. Pengalaman-pengalaman itu selalu berjangkar pada seni rupa: entah sebuah karya, entah sebuah pemikiran. Akhirnya, kumpulan tulisan ini adalah fragmen-fragmen tentang seni rupa dan juga catatan-catatan yang berakar dari seni rupa.” —Berto Tukan,

    Penulis: dan peneliti seni “Buku ini mengajak kita melihat bagaimana seorang kurator seni rupa melihat seni dalam hidupnya, baik secara personal maupun profesional. Bila kita tidak berada dalam skena seni yang sama dengan Chabib, objek-objek tulisan dalam buku ini bisa jadi terasa jauh dan asing. Namun, menariknya, cara
    Penulis: an Chabib membuatnya, menjadi terasa hangat dan dekat.” —Ika Vantiani, seniman
    Penulis: Chabib Duta Hapsoro
    Editor: Redaksi KPG
    Kategori: Nonfiksi, Esai, Seni Rupa
    Terbit: 30 Maret 2020
    Harga: Rp85.000
    Tebal: 192 halaman
    Ukuran: 115 mm x 175 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024813550
    ID KPG: 592001771
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: Comma Books

  • Ada Propaganda Cinta yang Harus Selesai Sore Ini

    Ada Propaganda Cinta yang Harus Selesai Sore Ini

    Mungkin kau harus lapar, tersungkur bergulingan berpeluk tanah di taman menteng tengah malam gerah mungkin kau harus haus dan dicekik sepi lagi

    Penulis: Waraney Herald Rawung
    Editor: Redaksi KPG
    Kategori: Fiksi, Sastra, Puisi
    Terbit: 23 September 2019
    Harga: Rp75.000
    Tebal: 104 halaman
    Ukuran: 110 mm x 170 mm
    Sampul: Hardcover
    ISBN: 9786024248734
    ID KPG: 591801574
    Usia: 17+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Waraney Herald Rawung

    Waraney Herald Rawung

    Waraney Herald Rawung lahir di Jakarta, 21 April 1975. Kuliah di Program Diploma Sastra Inggris, Fakultas Sastra (1998) dan Program Ekstensi Komunikasi Massa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (2004), Universitas Indonesia. Menulis puisi sejak kecil, dapat semangat baru sejak bergabung dengan Komunitas BungaMatahari pada 2000. Sebagian puisinya tersimpan di blog pribadi Malam Kemarau dan tersimpan dalam Antologi BungaMatahari (Avatar Press, 2006) dan Jurnal Selatan Edisi Musim Hujan 2015. Kumpulan Puisi Waraney Herald Rawung telah dibukukan dengan judul “Ada Propaganda Cinta yang Harus Selesai Sore Ini” (KPG, 2019).