Tag: AgusDermawanT

  • Surga Kemelut Pelukis Hendra

    Surga Kemelut Pelukis Hendra

    Hendra Gunawan (1918 -1983) adalah maestro seni lukis Indonesia. Ketika ia wafat, doa seluruh agama mengantarnya. Tahun 2018 Hendra “berusia” 100 tahun, dan lukisannya yang dihargai amat tinggi jadi sasaran pemalsuan. Namun sebelum namanya dijunjung tinggi, ningrat Sunda kaya ini ternyata memanggul nasib begitu ganjil. Ia minggat dari rumah untuk membela ibundanya, bersahabat dengan seorang kere, dan ikut jadi “gelandangan”. Ia turut berlaga dalam perang revolusi, bergabung dengan Chaerul Shaleh, Adam Malik, dan sebagainya. Ia terus melukis meski perut keroncongan, sampai semaput di pinggir jalan. Pada pameran tahun 1946, para tunawisma dijajar sebagai “pagar ayu” untuk menyambut Bung Karno. Sebagai pendiri Sanggar Pelukis Rakyat, Hendra terseret politik. Pasca Gerakan 30 September 1965 ia ditangkap dan meringkuk dalam penjara selama 13 tahun tanpa pernah sedetik pun diadili. Agus Dermawan T, pengamat seni peraih berbagai penghargaan literasi, menulisakannya dengan sangat menarik dalam buku ini, dihiasi foto dan lukisan yang memikat. Terutama karya Hendra

    Penulis: Agus Dermawan T.
    Editor: Candr Gautama
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Kebudayaan, Biografi, Seni Rupa
    Terbit: 9 Juli 2018
    Harga: Rp 95.000
    Tebal: 308 halaman
    Ukuran: 150 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248833
    ID KPG: 591801527
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Monolog Aldy

    Monolog Aldy

    Aldy atau Raynaldy Halim, kelahiran 1997, menderita autisme sejak berusia 16 bulan. Berbagai cara penyembuhan telah diupayakan oleh ayah dan ibunya, dengan melibatkan banyak dokter, psikiater, psikolog, agamawan, ahli pengobatan tradisional sampai ahli kebatinan dari berbagai kota dan negara. Aldy akhirnya membaik lewat terapi seni lukis, dan kini ia menjadi pelukis. Keindahan nuansa karyanya hadir fenomenal, sehingga mengundang perhatian panitia pameran internasional. Buku ini menceritakan penderitaannya, perjuangannya, prestasinya, dan kebahagiaannya.

    Penulis: Agus Dermawan T.
    Editor: Candr Gautama
    Kategori: Nonfiksi, Biografi, Kebudayaan, Seni Rupa
    Terbit: 26 Desember 2018
    Harga: Rp 100.000
    Tebal: 248 halaman
    Ukuran: 150 mm x 230 mm
    Sampul: softcover
    ISBN: 9786024810801
    ID KPG: 591801590
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Dari Lorong-lorong Istana Presiden

    Dari Lorong-lorong Istana Presiden

    Dari Lorong-lorong Istana Presiden berisi 45 artikel yang membicarakan Istana Presiden dari sudut pandang sosial, kebudayaan, dan seni. Dari sejarah pendiriannya 300 tahun silam, isi dapurnya, sampai segala yang berkelindan di taman luasnya. Dari ulah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, gaya Bung Karno, sepeda Jokowi, sampai tikus, pigura, telur, lukisan, catut, perempuan, museum, naskah pidato, dan batu akik. Buku ini ditulis oleh Agus Dermawan T., kolumnis independen yang masuk-keluar Istana Presiden sejak 1981. Penyampaiannya yang merdeka, kritis, hormat, gembira, dan indah, mengingatkan apa yang ditulis oleh budayawan Dr Jean Couteau: Agus adalah “seniman” di antara

    Penulis: seni dan “analis” tajam di antara para seniman.
    Penulis: Agus Dermawan T.
    Editor: Galang Aji Putro
    Kategori: Nonfiksi, Seni Rupa
    Terbit: 11 Maret 2019
    Harga: Rp180.000
    Tebal: 384 halaman
    Ukuran: 180 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024811082
    ID KPG: 591901628
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Agus Dermawan T.

    Agus Dermawan T.

    Agus Dermawan T lahir di Rogojampi, Jawa Timur, 29 April 1952. Sejak kecil, ia gemar melukis berkat pengaruh ayahnya yang mengagumi karya Basoeki Abdullah dan Soedjono Abdullah. Ayahnya juga menghendaki ia menjadi seniman. Harapan itu terkabul, Agus menekuni betul hobinya. Bahkan dia sudah menerima pesanan melukis sejak SMP dan sewaktu berkuliah di Sekolah Tinggi Seni Rupa “ASRI” Yogyakarta, ia beberapa kali mengadakan pameran. ⁣ ⁣ Pada 1976 setelah ikut serta dalam pameran Biennale di Taman Ismail Marzuki, temannya menyarankan untuk jadi kritikus, karena pelukis sudah menjamur di Indonesia. Usul itu diterima, Agus ganti haluan menjadi pengamat dan kritikus seni rupa.⁣ ⁣ Karier baru dimulai. Sejak itu ia lebih banyak menulis daripada melukis. Buah pengamatannya tentang seniman dan budaya seni rupa di Indonesia bertebaran di media massa. Beberapa telah dibukukan, yakni “Melipat Air”, “Sihir Rumah Ibu”, “Basoeki Abdullah”, “Arie Smit”, “Surga Kemelut Pelukis Hendra Gunawan”, “Monolog Aldy”, dan “Dari Lorong-lorong Istana Presiden”. Di sisi lain, Agus juga rajin membuat catatan perjalanan. Sekali lagi ia menjadi “satu dari sedikit orang yang mengerjakan”. Bukunya “Perjalanan Turis Siluman” adalah satu di antara yang sangat sedikit itu.⁣