Tag: Biografi

  • Seri Tempo: Gelap-Terang Hidup Kartini

    Seri Tempo: Gelap-Terang Hidup Kartini

    Kartini adalah kontradiksi: Ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: Ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air. Kartini menyuarakan perubahan. Ia membawa perjuangan perempuan pada fase yang baru, tidak sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim keberadaannya dalam kehidupan bangsa. Hidup Kartini begitu singkat, 25 tahun, namun gagasan-gagasan progresifnya tak lekang oleh zaman. Tulisannya menggambarkan perjuangan panjang di “ruang dalam” yang belum selesai sekalipun kemerdekaan di “ruang luar” sudah tercapai. Kisah tentang Kartini adalah jilid perdana seri “Perempuan-perempuan Perkasa” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo April 2013. Serial ini mengangkat, mengupas, dan mengisahkan sisi lain kehidupan tokoh-tokoh perempuan yang memiliki peran besar pada setiap zamannya.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang Aji Putro
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 11 April 2016
    Harga: Rp75.000
    Tebal: 160 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786026208309
    ID KPG: 591601161
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Bung Tomo, Soerabaja di Tahun 45

    Seri Tempo: Bung Tomo, Soerabaja di Tahun 45

    Sutomo atau Bung Tomo ialah tokoh “pemberontak” termasyhur. Pidato-pidatonya—yang dibuka dan ditutup dengan lagu “Tiger Shark” karya Peter Hodgkinson asal Inggris—selalu meneriakkan “Allahu Akbar”. Sosoknya terekam kuat dalam potret diri yang mengacungkan telunjuk dengan tatapan mata tajam. Lewat Radio Pemberontakan, suara Bung Tomo berapi-api membakar semangat pejuang Republik Indonesia terhadap tentara Sekutu. Kehadirannya jadi simbol perlawanan dalam pertempuran 10 November 1945. Hingga kini, namanya selalu dikaitkan dengan Hari Pahlawan. Bibit kepemimpinan Bung Tomo disemai dari keaktifannya dalam organisasi Indonesia Muda dan Kepanduan Bangsa Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, dia menjadi wartawan kantor berita Domei. Sutomo kerap mengkritik Orde Baru, terutama soal korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Selepas masa perjuangan, peran politiknya meredup. Namun, dia masih membela kepentingan buruh dan pedagang kecil yang terancam hak-haknya di pengadilan. Naik haji dengan menggadaikan lukisan, perjalanan hidup Bung Tomo berakhir di Arafah.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 18 Januari 2016
    Harga: Rp60.000
    Tebal: 164 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799109934
    ID KPG: 591601104
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Gie dan Surat-surat yang Tersembunyi

    Seri Tempo: Gie dan Surat-surat yang Tersembunyi

    Soe Hok-gie adalah seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak. Catatan hariannya—yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran (1983)—merangkum semangat perlawanan yang tumbuh sejak dia duduk di bangku SMP. Gie pernah mendebat guru

    Bahasa: Indonesia lantaran berbeda soal pengarang prosa “Pulanglah Dia Si Anak Hilang”. Lalu semasa SMA, dia memprotes kebijakan sekolahnya yang hanya menampung siswa dengan orangtua dari kalangan pejabat. Tabiat itu membentuknya menjadi manusia berjiwa politik. Empati kepada rakyat kecil dan keterampilan beretorika menjadi semangat utama Gie. Dia konsisten untuk berada di luar sistem serta memihak kemanusiaan dan kebebasan. Dalam tulisannya bertanggal 10 Desember 1959, misalnya, Gie geram menyaksikan orang makan kulit mangga saking kelaparan. Sementara, dia menduga, tak sampai 2 kilometer dari situ, Presiden Sukarno sedang tertawa dan makan-makan dengan para istrinya. Gie sangat dikenang berkat tulisan-tulisannya. Aktivis Mapala Universitas Indonesia yang meninggal pada 16 Desember 1969 saat mendaki puncak Semeru ini berprinsip, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.” Kisah tentang Gie adalah jilid perdana seri “Pemuda dan Gerakan Sosial” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Oktober 2016. Serial ini mengupas, menyelisik, dan mengisahkan sisi lain kehidupan tokoh-tokoh pemuda yang singkat namun telah mendorong perubahan sosial nyata dan bersejarah.
    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang Putro Aji
    Ilustrator
    Sampul: Bambang Nurdiansyah (CU 2024)
    Penataletak: Setyo Bekti Nugroho (CU 2024)
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: Desember 2016 (Cetakan pertama), Juli 2017 (Cetakan kedua), April 2018 (Cetakan ketiga), September 2019 (Cetakan keempat), 22 Mei 2024 (Cetakan kelima)
    Harga: Rp75.000
    Tebal: 115 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786231341938
    ID KPG: 592402266
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Wiji Thukul, Teka-teki Orang Hilang

    Seri Tempo: Wiji Thukul, Teka-teki Orang Hilang

    Lelaki cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka ia dibungkam. Dilenyapkan. Wiji Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah kita miliki. Sejarah Republik menunjukkan ia juga bukan satu-satunya orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Tapi Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang tak patut diabaikan: seorang penyair yang sajak-sajaknya menakutkan sebuah rezim dan kematiannya hingga kini jadi misteri. *** Kisah tentang Wiji Thukul adalah jilid perdana seri “Prahara-prahara Orde Baru”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Mei 2013. Serial ini menyelisik, menyingkap, merekonstruksi, dan mengingat kembali berbagai peristiwa gelap kemanusiaan pada masa Orde Baru yang nyaris terlupakan.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Penyunting: Arif Zulkifli, Bagja Hidayat, Dwidjo U. Maksum, Redaksi KPG
    Perancang
    Sampul: Bambang Nurdiansyah (CU 2022)
    Penataletak Isi: Wendie Artswenda & Dadang Kusmana
    Penataletak
    Sampul: Setyo Bekti Nugroho
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: September 2010 (Cetakan pertama), 2 Maret 2022 (Cetakan ke-9)
    Harga: Rp 75.000
    Tebal: 172 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024817619
    ID KPG: 592201997
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG & Tempo Publishing

  • Seri Tempo: Chairil Anwar, Bagimu Negeri Menyediakan Api

    Seri Tempo: Chairil Anwar, Bagimu Negeri Menyediakan Api

    Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja lalu menulis puisi. Sajak “Diponegoro” yang petilannya menerIakan kata-kata Maju Serbu Serang Terjang, misalnya, ia tuliskan untuk menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Diponegoro yang kuat dan liat menghadapi Belanda. Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terambil dari puisi itu: sekali berarti, sudah itu mati. Sesudah kemerdekaan, sikap juang Chairil semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya. Salah satunya adalah sajak “Krawang Bekasi” yang ditulis berdasarkan pengalamannya saat agresi militer Belanda I pada 21 Juli 1947. Tapak berkesenian Chairil mencuatkan namanya sebagai pelopor angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya. Terkenal dengan potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 3 Oktober 2016
    Harga: Rp75.000
    Tebal: 164 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024241889
    ID KPG: 591601263
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Muhammad Yamin, Penggagas Indonesia Dihujat & Dipuji

    Seri Tempo: Muhammad Yamin, Penggagas Indonesia Dihujat & Dipuji

    Menggagas banyak mitos tentang Indonesia, ia pencinta Republik yang keras kepala. Bung Hatta menuding ia licik. Sederet kontroversi serta tuduhan menyelimuti Muhammad Yamin: menyembunyikan naskah otentik perumusan dasar negara, mengaku berpidato dan menyerahkan rancangan hukum dasar yang mirip UUD 1945, juga menciptakan figur Gajah Mada tanpa mengindahkan verifikasi arkeologis. Di ranah politik Yamin tak hanya berpindah-pindah partai. Ia juga sigap melompat keluar dari jalur nonkooperatif ketika sejumlah tokoh pergerakan sealiran ditangkap Belanda. Dia salah satu pelaku kudeta pertama dalam sejarah Indonesia merdeka pada 3 Juli 1946. Sejarah memang memiliki kegilaannya sendiri. Yang terpenting dipelajari dari Yamin barangkali bahwa revolusi Indonesia harus dipandang secara lebih rileks. Tak perlu ada glorifikasi karena mozaik itu disusun oleh manusia biasa. Muhammad Yamin salah satunya. Kisah Muhammad Yamin adalah satu dari delapan cerita tentang para bapak bangsa: Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Tjokroaminoto, Douwes Dekker, dan Agus Salim. Diangkat dari edisi khusus Majalah Berita Mingguan Tempo, serial buku ini mereportase ulang kehidupan para pendiri republik. Mulai dari pergolakan pemikiran, petualangan, ketakutan, hingga kisah cinta dan cerita kamar tidur mereka.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 16 Maret 2015
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 192 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024242169
    ID KPG: 591601276
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Hamengku Buwono IX, Pengorbanan Pembela Republik

    Seri Tempo: Hamengku Buwono IX, Pengorbanan Pembela Republik

    Hamengku Buwono IX merupakan figur fenomenal. Selama ini ia lebih dikenal sebagai tokoh kultural. Perannya di bidang politik dan ekonomi kerap tenggelam. Padahal, sepak terjangnya sebagai penyokong kaum republiken tak pernah henti. Hanya dalam tiga hari, Sultan menyatakan Yogyakarta bergabung ke dalam Republik Indonesia. Ketika Belanda mengklaim bahwa Republik Indonesia telah mati, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu berhasil mematahkan tuntutan tersebut. “Langkahi mayat saya dahulu,” kata Sultan Hamengku Buwono IX kepada Jenderal Meijer yang hendak mengacak-acak keraton. Itu terjadi pada Serangan Umum 1 Maret 1949. Ia tak segan berbeda jalan dengan sahabatnya, Sultan Hamid II yang membangun konfrontasi terhadap Republik Indonesia. Hamengku Buwono IX juga berperan besar dalam pembangunan ekonomi Inodnesia. Pada awal pemerintahan Orde Baru, ia membangun fondasi ekonomi pemerintahan. Sebagai Menteri Negara Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri, ia memimpin delegasi berkeliling ke mancanegara, mengundang pengusaha global untuk menanam modal di Indonesia. Raja Jawa yang bernama kecil Gusti Raden Mas Dorodjatun ini memiliki karakter yang merupakan paduan nilai Timur dan Barat. Gandrung pada seni tari, gemar, melukis, dan berkuda, ia menunjukkan sikap egaliter sejak kanak-kanak dan tak pernah merasa mal;u tanpa pelayanan abdi yang berlebihan. Kisah Hamengku Buwono IX adalah satu dari delapan cerita lain tentang Bapak Bangsa: Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Tjokroaminoto, Douwes Dekker, Agus Salim, dan Muhammad Yamin. Diangkat dari edisi khusus majalah Berita mingguan Tempo, serial buku ini mereportase ulang kehidupan para pendiri republik. mulai dari pergolakan pemikiran, petualangan, ketakutan, hingga kisah cinta dan cerita kamar tidur mereka.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 19 Oktober 2015
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 192 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799109637
    ID KPG: 591501076
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Agus Salim, Diplomat Jenaka Penopang Republik

    Seri Tempo: Agus Salim, Diplomat Jenaka Penopang Republik

    Ketika masih muda, saat pikiran kritisnya masih berdistraksi, ia bertanya kepada seorang ulama “apakah Adam dan Hawa memiliki pusar?” Ulama itu menjawab “ada, karena mereka juga manusia.” “Kalau punya pusar, sebagaimana halnya kita, itu tandanya mereka dilahirkan oleh seorang ibu.” Kemudian ulama itu tidak dapat menimpalinya kembali. Agus Salim merupakan seorang diplomat, ia seorang yang sangat cerdik dan pendebat ulung. Seorang alim yang kritis dan ulama yang moderat. Ialah yang menemukan Islam untuk Indonesia, Islam yang tidak terikat oleh adat dan kebiasaan, tapi dapat menggerakkan bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Pada kesempatan lainnya, di atas kapal Renville, ia membuat utusan dari Belanda yang menuduh Indonesia menyalahi kesepakatan Linggarjati bungkam. “Apakah aksi militer yang Tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan Perjanjian Linggarjati? Kalau Tuan-tuan melancarkan sekali lagi aksi militer terhadap kami, kami akan mencapai pengakuan de jure dari seluruh dunia.”

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 2 November 2015
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 192 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799109682
    ID KPG: 591501081
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi

    Seri Tempo: Douwes Dekker, Sang Inspirator Revolusi

    Ketahuilah bahwa semangat menggapai kemerdekaan tidak hanya dimiliki oleh pribumi, beberapa nama Belanda, Douwes Dekker salah satunya, juga turut membantu melepaskan Indonesia dari masa penjajahan. Douwes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli, adalah seorang berdarah campuran Belanda, Perancis, Jerman dan Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mencapnya sebagai salah satu ancaman. Meskipun sampai dibuang ke Belanda, bahkan ke Suriname, namun rasa cinta tanah air Douwes Dekker tidak pernah luntur habis dimakan lelah. Diasingkan berulang kali akibat ideologipun, ia tetap bersemangat kembali bangkit bersama Hindia Belanda dalam meneruskan perjuangan menyingkirkan penjajahan. Buku ini memanglah membahas tentang sejarah, namun dikemas secara menarik dengan gaya investigatif sehingga memunculkan petualangan sendiri melalui larik-larik tulisan dari berbagai sudut pandang. Inilah.. sebuah kisah perjuangan si pemberani berdarah Belanda yang di kemudian hari juga dikenal sebagai Danudirja Setiabudi.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Editor: Galang
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 2 November 2015
    Harga: Rp60.000
    Tebal: 180 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 978979910699
    ID KPG: 591501082
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Cerita Cinta Enrico

    Cerita Cinta Enrico

    GRATIS! Kelas Menulis Fiksi Sejarah Cerita Cinta Enrico adalah kisah nyata seorang anak yang lahir bersamaan dengan Pemberontakan PRRI. Ia menjadi bayi gerilya sejak

    Usia: satu hari. Kerabatnya tak lepas dari Peristiwa ‘65. Ia menjadi aktivis di ITB pada era Orde Baru, sebelum gerakan mahasiswa dipatahkan. Merasa dikebiri rezim, ia merindukan tumbangnya Soeharto. Akhirnya ia melihat perempuan yang menghadirkan kembali sosok yang ia cintai sekaligus hindari: ibunya. Cerita Cinta Enrico adalah kisah cinta dalam bentangan sejarah Indonesia sejak era pemberontakan daerah hingga Reformasi. “Indonesia harus bersyukur, punya perempuan yang dengan segenap kesopanannya menelanjangi lelaki sampai ke akarnya.” —Butet Kartaredjasa “Kejujuran cinta yang manis… tentang kekasih, ibunda, dan Indonesia.” —Olga Lydia
    Penulis: Ayu Utami
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Nonfiksi, Biografi, Sastra
    Terbit: 20 September 2012
    Harga: Rp50.000
    Tebal: 256 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799104137
    ID KPG: 901120507
    Bahasa: Indonesia | Inggris
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG