Tag: FBudiHardiman

  • Filsafat Maut: Empat Renungan untuk Hidup Baik

    Filsafat Maut: Empat Renungan untuk Hidup Baik

    Sangat berbeda dari agama, filsafat tidak berkhotbah menjanjikan surga atau mengancam dengan neraka. Misteri di balik tembok maut tidak bisa diterobos pengetahuannya, maka ia tidak berlagak tahu tentang isinya. Filsafat mengajar kita untuk menghadapi kematian apa adanya, dan hal itu mungkin dengan hidup yang baik sekarang ini dan di dunia ini. Empat renungan filosofis dalam buku ini tidak sekadar menggumuli pertanyaan apa itu kematian atau mengapa manusia mati, melainkan terutama bagaimana menghadapi kematian. Empat sumber tampil ke muka, yaitu filsafat samurai Jepang, Hegel, Heidegger, dan Stoikisme. Ditulis oleh empat

    Penulis: yang lama menggeluti filsafat, buku ini menggugah pembaca untuk hidup baik bukan dengan nasihat-nasihat moral ataupun khotbah, melainkan dengan argumentasi dan analisis tentang maut. ——- DAFTAR ISI Mantap Mati demi Pengabdian: Sebuah Perspektif Jepang tentang Kematian
    —S. P. Lili Tjahjadi Momen Kehidupan sebagai Momen Kematian: Hegel tentang Dialektika Maut
    —Fitzerald Kennedy Sitorus Hidup Menyongsong Kematian: Heidegger tentang Ontologi Maut
    —F. Budi Hardiman Menjinakkan Rasa Takut akan Maut: Belajar dari Stoikisme
    —A. Setyo Wibowo
    Penulis: Lili Tjahjadi, Fitzerald K. Sitorus, A. Setyo Wibowo
    Editor: F. Budi Hardiman & Christina M. Udiani
    Perancang
    Sampul: & Penataletak: Teguh Tri Erdyan
    Kategori: Nonfiksi, Filsafat
    Terbit: 27 Maret 2024
    Harga: Rp80.000
    Tebal: 144 halaman
    Ukuran: 135 mm × 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786231341563
    ISBN: Digital: 9786231341570
    ID KPG: 592402255
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Humanisme dan Sesudahnya

    Humanisme dan Sesudahnya

    Mengapa humanisme, suatu paham yang menitikberatkan pada manusia, kemampuan kodratnya, dan nilai-nilai kehidupan duniawi perlu dibicarakan kembali. Sejak abad ke-14 gerakan humanis modern tumbuh memberikan penafsiran rasional yang mempersoalkan monopoli agama dan negara terhadap tafsir kebenaran. Humanisme sekular memberi kita keyakinan bahwa kehidupan “dunia-atas-sana” tak lebih penting daripada “dunia-bawah-sini.” Namun, humanisme tak luput dari kritik. Ketika humanisme menuntun pada suatu kemanusiaan tanpa Tuhan, yaitu keadaan ketika manusia bermain sebagai Tuhan, Hiroshima, Gulag, Killing Fields, Sebrenica, dan puluhan tempat pembunuhan massal lain pada abad ke-20 menjadi tak terhindarkan. Di negeri kita, tragedi kemanusiaan juga tak sepi. Lalu, apakah itu berarti humanisme sudah usang? Ketika kini ke bangkitan agama-agama sedang berlangsung mulus tak banyak hambatan dan nilai-nilai universal makin relatif, hikmat apakah yang masih dapat kita pelajari dari humanisme? Bagaimanakah sosok dan peran humanisme dalam masyarakat yang menjadi majemuk juga karena agama-agama seperti masyarakat Indonesia? Buku kecil ini mengurai dengan jernih pengertian humanisme, perkembangannya, dan berbagai kritik terhadap humanisme. Tidak berhenti di situ,

    Penulis: juga menawarkan tafsir baru atas paham tersebut, yang disebutnya sebagai “Humanisme Lentur.”
    Penulis: F. Budi Hardiman
    Editor: Christin
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Filsafat
    Terbit: 17 Februari 2020
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 126 halaman
    Ukuran: 130 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024813468
    ID KPG: 592001758
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • F. Budi Hardiman

    F. Budi Hardiman

    Dr. F. Budi Hardiman adalah pengajar di STF. Driyarkara dan Universitas Pelita Harapan Jakarta. Alumnus Hochschule für Philosophie München Jerman. Telah dikenal lewat karya-karyanya, antara lain: Demokrasi Deliberatif (Kanisius, 2009), Massa, Teror dan Trauma (Lamalera, 2010) dan Hak-hak Asasi Manusia, Polemik dengan Agama dan Kebudayaan (Kanisius, 2011). Karya terbaru beliau adalah Seri Pemikiran: Heidegger dan Mistik Keseharian (KPG, 2020) dan Humanisme dan Sesudahnya (dicetak ulang oleh KPG, 2020)