Tag: Humaniora

  • Sastra dan Sejarah Indonesia

    Sastra dan Sejarah Indonesia

    MENGAPA Mas Marco Kartodikromo menentang pemerintah kolonial? Apa tujuan Shamsuddin Salleh menulis roman spionase? Mengapa Tahar Ben Jelloun meminjam plot novel Pramoedya Ananta Toer? Kenapa Pramoedya Ananta Toer tidak dianugerahi Hadiah Nobel? Apa idam-idaman para eksil Indonesia pasca peristiwa 1965? Buku ini menyoroti sejumlah pertanyaan seputar sastra Indonesia modern—serta membahas beberapa aspek sejarah Indonesia dari abad ke-17 sampai ke-19, di Aceh, di Bima (Pulau Sumbawa), dan di Jawa. Benang merah ketiga belas karangan yang terhimpun dalam buku ini adalah pandangan seorang ahli asing yang mengamati kebudayaan Indonesia.

    Penulis: Henri Chambert-Loir
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Sejarah
    Terbit: 17 Desember 2018
    Harga: Rp 75.000
    Tebal: 312 halaman
    Ukuran: 160 mm x 240 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024810900
    ID KPG: 591801592
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku

    Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku

    Tulisan-tulisan Bartels memberi perspektif yang utuh untuk memahami sistem dan nilai-nilai adat di Maluku dalam relasinya dengan dinamika keberagamaan masyarakat. Dia menuntun kita untuk meyakini bahwa sistem kearifan lokal menyediakan berbagai instrumen rekonsiliatif yang dapat digunakan untuk membangun perdamaian di Maluku. Buku ini direkomendasikan untuk dibaca. Isinya sangat kaya dan luas bagi siapa pun yang mencoba menelusuri interaksi antara adat dan agama di Maluku (terutama Maluku Tengah) serta korelasinya dengan konflik dan perdamaian. Buku Bartels ini dapat dikatakan sebagai karya klasik tentang Maluku yang wajib menjadi bacaan di Maluku secara khusus dan Indonesia pada umumnya. —Jacky Manuputty & Ihsan Ali-Fauzi

    Penulis: tidak mendorong masyarakat Maluku untuk meninggalkan agama yang kini dipeluk, baik agama Kristen maupun agama Islam. Kesetiaan kepada agama masing-masing tidak perlu membuat kita menjadi musuh akibat salah tafsir terhadap ajaran agama-agama tersebut. Ajaran agama perlu dibaca secara baru dengan menggunakan perspektif budaya yang menekankan persaudaraan, sehingga nilai-nilai agama yang mengusung kesetaraan dan pro-hidup lebih ditonjolkan daripada nilai-nilai yang memisahkan karena perbedaan. —I.W.J. Hendriks & M.M. Hendriks-Ririmasse
    Penulis: Dieter Bartels
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Kebudayaan, Sejarah
    Terbit: 21 Agustus 2017
    Harga: Rp 155.000
    Tebal: 1014 halaman
    Ukuran: 150 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024241490
    ID KPG: 591701376
    Usia: 17+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • The Princess Diarist

    The Princess Diarist

    Ketika Carrie Fisher menemukan buku harian yang ditulisnya selama syuting film Star Wars pertama, dia takjub melihat apa yang tersimpan didalamnya—puisi cinta yang satu, pikiran liar yang dipengaruhi kenaifan masa muda, dan kerapuhan yang tak lagi dikenalinya. Kini ia dikenang sebagai seorang

    Penulis: , aktris, dan ikon kultur pop, namun pada 1976, Carrie Fisher hanya seorang remaja yang naksir berat dengan lawan mainnya. Dilengkapi beberapa cuplikan dari buku harian yang ia tulis sendiri, The Princess Diarist merupakan kumpulan kenangan Carrie Fisher yang inti sekaligus terbuka tentang apa yang terjadi di lokasi syuting salah satu film paling tersohor sepanjang masa. Buku ini dipenuhi keterusterangan dan introspeksi diri, sekaligus mengajak mengintip pekerjaan sebagai bintang, hal yang hanya dialami segelintir orang.
    Penulis: Carrie Fisher
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Motivasi, Biografi
    Terbit: 4 Juni 2018
    Harga: Rp 80.000
    Tebal: 264 halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248550
    ID KPG: 591801525
    Usia: 17+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: POP

  • Di Balik Remitansi

    Di Balik Remitansi

    BURUH MIGRAN Indonesia, terutama pekerja rumah tangga (PRT), kerap berada dalam keadaan rentan eksploitasi dan pelanggaran HAM. Mereka, misalnya, tidak digaji, mengalami penyiksaan dan kekerasan seksual, bekerja lebih dari 20 jam dalam sehari, tidak diberi akses komunikasi, menjadi korban trafficking, dan bahkan terancam hukuman mati. Yang dialami oleh PRT Migran tentu tidak sebanding dengan besarnya remitansi yang didapat oleh negara, yakni sepuluh persen sumbangan terhadap APBN atau setara dengan satu persen PDB (Bank Indonesia, 2018) Anis Hidayah, pendiri Migrant Care sekaligus mantan direktur eksekutif lembaga tersebut, memandang perlunya penguatan regulasi yang lebih memperhatikan perlindungan hak-hak buruh migran dan pemberdayaan mereka. Di Balik Remitansi adalah kumpulan opini Anis Hidayah di beberapa media massa selama rentang 2010-2017 yang merefleksikan perjuangan para buruh migran indonesia sebagai manusia yang wajib dilindungi hak-hak asasinya

    Penulis: Anis Hidayah
    Editor: Galang Aji Putro
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Politik
    Terbit: 13 Mei 2019
    Harga: Rp 50.000
    Tebal: 184 halaman
    Ukuran: 120 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024811648
    ID KPG: 591901651
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Jagat Digital

    Jagat Digital

    Transformasi digital seperti tecermin dalam derasnya penetrasi layanan media sosial, mesin pencari, dan situs e-commerce, pada gilirannya telah menampakkan diri sebagai sebentuk aporia. Ia menawarkan pembebasan, sekaligus memendam intensi penguasaan. Ia menyajikan kemungkinan deliberasi, sekaligus memperlihatkan tendensi instrumentalisasi. Ia melahirkan peluang-peluang menjanjikan pada aras ekonomi kreatif, sekaligus menciptakan struktur kapitalisme baru yang memusatkan surplus ekonomi digital global hanya pada sedikit perusahaan di satu-dua negara saja. Buku ini menawarkan perspektif kritis tentang fenomena digitalisasi ketika pada umumnya publik bersikap positivistik dalam memandang fenomena tersebut.

    Penulis: mencoba meneropong dimensi-dimensi “antidemokrasi” fenomena digitalisasi yang telanjur lekat dengan term demokratisasi. Buku ini juga menekankan perlunya keseimbangan perspektif dalam menelaah revolusi digital, positivistik, maupun kritis. Dalam konteks ini, integrasi suatu negara ke dalam lanskap informasi global membawa pengaruh positif sekaligus dampak destruktif. Setelah memetakan masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan transformasi digital,
    Penulis: mengusulkan langkah-langkah yang perlu diambil pemerintah, DPR, komunitas media, maupun kalangan masyarakat dalam mengantisipasi integrasi Indonesia ke dalam ekosistem informasi global. Hal-hal ini perlu dilakukan agar Indonesia mampu mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dan mampu mengantisipasi dampak atau residu yang muncul secara memadai.
    Penulis: Agus Sudibyo
    Editor: A. Yoseph Wihartono
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Politik
    Terbit: 9 September 2019
    Harga: Rp 90.000
    Tebal: 488 halaman
    Ukuran: 150 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024812126
    ID KPG: 591901687
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Sagu Papua untuk Dunia

    Sagu Papua untuk Dunia

    KEBIJAKAN PANGAN nasional hingga kini masih identik dengan beras. Padahal, sejak 1952 Presiden Sukarno sudah mengingatkan bahwa menitik beratkan kebijakan pangan hanya pada padi sawah akan sulit memenuhi kebutuhan perut penduduk negeri ini. Kerentanan pangan Indonesia boleh dibilang karena kurangnya pengetahuan dibandingkan kurangnya pangan. Maka, merujuk pada pandangan Sukarno, sudah saatnya kita menempuh kebijakan pangan yang berperspektif Nusantara. Ini berarti tanaman lokal yang terbukti mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan setempat mendapat prioritas. Salah satunya adalah sagu. Tanaman ini tidak tergantung pada musim dan memiliki daya tahan di lingkungan marginal, seperti lahan gambut. Sagu dianggap sebagai sumber pangan awal yang dikonsumsi manusia modern (Homo sapiens) dan Indonesia merupakan negara dengan cadangan sagu terbesar di dunia. Di masa lalu, sagu juga dikonsumsi di berbagai tempat lain di Indonesia, termasuk Jawa. Ironisnya, Malaysia lebih mendominasi pasar ekspor sagu dunia. Buku ini memberi kita pengetahuan tentang arti penting sagu bagi masyarakat Papua dan peran swasta dalam mengembangkannya . Sagu Papua untuk Dunia adalah buku pertama dari “Seri Pangan Nusantara” yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Segera menyusul buku-buku tentang pangan Nusantara lainnya.

    Penulis: Ahmad Arif
    Editor: Yoseph
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora
    Terbit: 18 November 2019
    Harga: Rp130.000
    Tebal: 224 halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024811990
    ID KPG: 591901676
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan

    Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan

    Sorgum memiliki jejak kultural dan sejarah panjang, tetapi belakangan keberadaannya makin terpinggirkan. Di banyak desa di Flores, misalnya, tanaman ini hanya menjadi kisah lama, padahal kebutuhan pangan di masa depan akan makin membengkak seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, sementara lahan pertanian cenderung menyusut. Tantangan semakin berat karena terjadinya perubahan iklim. Dibutuhkan tanaman yang mampu beradaptasi dengan beragam kondisi iklim dan lingkungan dengan baik. Sorgum bisa menjadi salah satu jawabannya. Pengabaian ragam pangan lokal telah mengarahkan Indonesia ke dalam ancaman krisis. Selain kebergantungan pada impor gandum dan beras, beberapa daerah juga teridentifikasi rentan pangan. Kasus gizi buruk dan bencana kesehatan di Asmat, Papua, yang menewaskan 71 anak pada awal 2018 jadi alarm adanya masalah pangan ini. Buku ini menyajikan selayang pandang mengenai awal mula masuknya sorgum ke Nusantara, arti pentingnya, dan tantangan yang dihadapi.

    Penulis: Ahmad Arif
    Editor: Candra Gautama, Galang Aji Putro
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora
    Terbit: Mei 2020
    Harga: Rp 85.000
    Tebal: 163 halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024817303
    ID KPG: 592001782
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Humanisme dan Sesudahnya

    Humanisme dan Sesudahnya

    Mengapa humanisme, suatu paham yang menitikberatkan pada manusia, kemampuan kodratnya, dan nilai-nilai kehidupan duniawi perlu dibicarakan kembali. Sejak abad ke-14 gerakan humanis modern tumbuh memberikan penafsiran rasional yang mempersoalkan monopoli agama dan negara terhadap tafsir kebenaran. Humanisme sekular memberi kita keyakinan bahwa kehidupan “dunia-atas-sana” tak lebih penting daripada “dunia-bawah-sini.” Namun, humanisme tak luput dari kritik. Ketika humanisme menuntun pada suatu kemanusiaan tanpa Tuhan, yaitu keadaan ketika manusia bermain sebagai Tuhan, Hiroshima, Gulag, Killing Fields, Sebrenica, dan puluhan tempat pembunuhan massal lain pada abad ke-20 menjadi tak terhindarkan. Di negeri kita, tragedi kemanusiaan juga tak sepi. Lalu, apakah itu berarti humanisme sudah usang? Ketika kini ke bangkitan agama-agama sedang berlangsung mulus tak banyak hambatan dan nilai-nilai universal makin relatif, hikmat apakah yang masih dapat kita pelajari dari humanisme? Bagaimanakah sosok dan peran humanisme dalam masyarakat yang menjadi majemuk juga karena agama-agama seperti masyarakat Indonesia? Buku kecil ini mengurai dengan jernih pengertian humanisme, perkembangannya, dan berbagai kritik terhadap humanisme. Tidak berhenti di situ,

    Penulis: juga menawarkan tafsir baru atas paham tersebut, yang disebutnya sebagai “Humanisme Lentur.”
    Penulis: F. Budi Hardiman
    Editor: Christin
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Filsafat
    Terbit: 17 Februari 2020
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 126 halaman
    Ukuran: 130 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024813468
    ID KPG: 592001758
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Pemikiran: Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri

    Seri Pemikiran: Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri

    “Yang sungguh-sungguh tidak saya miliki adalah kejelasan… apa yang harus saya lakukan, dan bukan apa yang harus saya ketahui, kecuali sejauh pemahaman tertentu harus mendahului setiap tindakan. …masalahnya adalah mencari kebenaran sejati untuk situasi saya, mencari gagasan yang menentukan hidup mati saya….” Demikianlah sepenggal pemikiran dan perasaan Søren Aabye Kierkegaard, yang sering dipandang sebagai filsuf eksistensialis pertama, dalam catatan hariannya. Tekanan filsafatnya pada eksistensi manusia dan kritiknya terhadap kepalsuan, ketidakotentikan hidup, dan publik yang abstrak, bukan saja menjadi sumber inspirasi bagi filsuf-filsuf besar sesudahnya, termasuk Karl Jaspers dan Martin Heidegger, tetapi juga mengundang kita untuk lebih serius berpikir tentang eksistensi kita sebagai manusia. Buku ini mengangkat tema ‘Pergulatan Menjadi Diri Sendiri’, suatu tema yang cukup sentral dalam pandangan Kierkegaard dan relevan bagi setiap orang dalam segala zaman. Melalui buku ini

    Penulis: hendak menawarkan kepada kita refleksi kehidupan manusia dan sekaligus undangan untuk menjadi diri sendiri melalui pengalaman dan pandangan hidup Kierkegaard.
    Penulis: Thomas Hidya Tjaya
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Filsafat
    Terbit: 9 September 2019
    Harga: Rp 50.000
    Tebal: 196 halaman
    Ukuran: 130 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248505
    ID KPG: 591801512
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Pemikiran: Heidegger dan Mistik Keseharian

    Seri Pemikiran: Heidegger dan Mistik Keseharian

    Heidegger memang pribadi yang kontroversial, tetapi kritikus dari berbagai aliran pemikiran sulit menyangkal betapa mendasarnya problem yang dipikirkannya. Metafisikus kondang ini merenungkan problem yang juga digumuli oleh agama-agama dunia sepanjang zaman: Mengapa segala sesuatu itu ada dan bukan tiada? Dari pertanyaan mendasar itu muncul pertanyaan-pertanyaan lain yang juga tidak kalah mendasarnya, seperti: Mengapa Manusia ada? Mengapa ia juga tiada? Apakah artinya ada manusia di dunia ini? Jika keberadaan manusia terbatas oleh waktu, lalu apakah sebenarnya waktu itu? Buku ini adalah pengantar pada pemikiran Heidegger yang tertuang dalam bukunya, Sein und Zeit. Semoga pengantar buku ini bukan hanya merangsang studi filsafat pada umumnya dan pemikiran Heidegger pada khususnya, melainkan juga membantu pembaca untuk lebih bersikap meditatif terhadap kehidupan. Dr. Fransisco Budi Hardiman, alumnus Hochschule fur Philosophie Munchen, Jerman. Sekarang mengajar filsafat di Universitas Pelita Harapan. Menulis belasan buku filsafat, antara lain yang terbaru: Seni Memahami (Kanisius, 2015) dan Demokrasi dan Sentimentalitas (Kanisius, 2018).

    Penulis: F. Budi Hardiman
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Filsafat
    Terbit: 17 Februari 2020
    Harga: Rp 65.000
    Tebal: 228 halaman
    Ukuran: 130 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024813437
    ID KPG: 592001757
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG