Tag: JeanCouteau

  • Perjalanan Menuju Kearifan

    Perjalanan Menuju Kearifan

    Ketika kita di depan sebuah lukisan Sidik, apa yang kita lihat, apa yang menarik perhatian kita? Suatu perpaduan warna abstrak di suatu lukisan, suatu pemandangan yang meredup diselimuti kabut di gambar yang lain, sebuah gedung kecil mungil menyendiri di tengah lembah dan gunung. Ya, begitulah. Tetapi jangan kita tertipu: Sidik bukan pelukis abstrak, bukan juga pelukis pemandangan. Titik mula dan titik akhir karyanya memanglah alam. Dia menggambarkan bagaimana unsur alam memudar dan menghilang di dalam alam itu sendiri. Dari figurasi yang “menghilang” dalam kabut hingga alam—air, angin—yang hanya tersisa energinya. Mengapa dia memilih ekspresi ini? Karena sebagai seniman yang memahami Tao, Sidik mengangkat Tao ke zaman modern dan ingin menunjukkan bagaimana di ujung segalanya, dan apa pun riak-riak hidup, serta realitas fisik, akan berakhir dengan menyatu ke dalam alam semesta. Di dalam upaya representasi ini, apakah dia modern? Ya, sangat, meskipun bukan di dalam artian yang umum diberikan pada istilah itu di dalam seni. Dia modern oleh karena membawa satu langkah lebih maju lagi tradisi spiritualis seni China, yang sudah berabad-abad tuanya itu. Dia memperkayanya dengan unsur-unsur keberanian warisan Barat, terutama di dalam hal warna. Seni lukis Sidik adalah ketika seni menjadi kearifan, dan kearifan menjadi seni.

    Penulis: Jean Couteau
    Project manager: Titi Widiningrum
    Penerjemah: dalam
    Bahasa: Inggris oleh Jean Couteau dan
    Bahasa: Mandarin oleh Ye Lu
    Editor: Candra Gautama, Steve Bolton, Dhyani Paramita Kalapaking, Anton Kurnia
    Fotografer & perancang grafis: Nihil Pakuril & Erwin Duta Rustaman
    Juru arsip: Dwi Oktala
    Kategori: Nonfiksi, Biografi, Seni Rupa
    Terbit: Oktober 2002
    Harga: Rp 600.000
    Tebal: xxxi + 267 Halaman
    Ukuran: 320 mm x 240 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024819088
    ISBN: Digital: 9786024819095
    ID KPG: 592202069
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia, Inggris, Mandarin
    Penerbit: KPG

  • Buna, Suka Duka Sang Kelana

    Buna, Suka Duka Sang Kelana

    INI KISAH tentang ingatan perjuangan hidup sorang manusia yang hidup di tiga zaman: Hindia-Belanda, pendudukan Jepang, dan Indonesia Merdeka. Terlahir sebagai campuran China-Eropa dengan nama Tionghoa Bun Kim Heng, Bunawijaya adalah fi gur seorang nasionalis sejati. “Indonesia merupakan tanah di mana saya telah dilahirkan dan di mana saya mencari nafkah. Harus saya bela,” katanya tegas. Buna, demikian dia biasa disapa, adalah jenis manusia yang bisa guyon dalam keseriusan dan serius dalam guyonan. Namun ada kalanya kejenakaannya menjadi sebuah ironi atas hal-hal yang terlampau dipandang serius di negeri yang ia cintai ini. Bagi dia, hidup semestinya dijalani dengan enteng dan relaks. Kendati demikian, “Kita harus jujur dan harus disiplin. Kalau tidak jujur atau tidak disiplin, kita sendiri yang akan hancur di belakang hari.” Berkat kedisiplinan itulah ia bisa menjadi anggota Timnas bola basket Indonesia (1954-1962) dan dijuluki sebuah majalah di Filipina sebagai the fastest (basket) player in Asia. Berpadu dengan kejujuran, dia sukses sebagai seorang pengusaha. Kini, berbekal kedisiplinan pula dia mampu menapaki jejak sebagai seorang pelukis hingga beberapa kali pameran. Ya, ini kisah tentang Bunawijaya, seorang yang pergaulannya sangat luas, bukan hanya kalangan olahragawan, pengusaha, dan diplomat, tapi juga sampai ke tokoh-tokoh politik nasional. “Saya cuma kepingin punya banyak teman. Saya pengin tidak sendirian, di mana pun dan kapan pun. Saya tahu benar, tidak ada siapapun yang tahan untuk tidak berteman, meskipun dia seorang yang kelihatannya pendiam sekalipun,” ucap Buna.

    Penulis: Jean Couteau
    Kategori: Nonfiksi, Biografi
    Terbit: 23 Oktober 2017
    Harga: Rp 100.000
    Tebal: 221 halaman
    Ukuran: 210 mm x 140 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024246969
    ID KPG: 591701419
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG