Tag: KumpulanCerpen

  • Teh dan Pengkhianat

    Teh dan Pengkhianat

    Dari

    Penulis: karya sastra pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2014
    Kategori: prosa, Semua untuk Hindia, hadir kembali tiga belas cerita pendek berlatar kolonial. Dalam Teh dan Pengkhianat kita diajak bertamasya lagi ke masa silam: ketika awal mula sepeda dipakai kaum bumiputra di Hindia Belanda, sewaktu wabah cacar mengancam sementara sarana dan prasarana transportasi masih terbatas, saat globe masih merupakan produk pencerahan budi yang mewah, tatkala rekayasa foto tidak bisa lain kecuali dilakukan dengan cara manual yang merepotkan, dan seterusnya. Iksaka Banu menampilkan sejarah sebagai pergulatan manusia berikut susah-senang maupun kekecewaan dan harapan yang meliputi. Kebebalan ataupun nalar tiap generasi. “Kehebatan Iksaka Banu adalah keberhasilannya 'menghidupkan' Belanda yang sudah pergi dari Nusantara sejak kita merdeka. Sebaliknya,
    Penulis: Belanda zaman sekarang gagal menampilkan pelaku utama Indonesia dalam karya-karya mereka, padahal kita sudah hampir tiga seperempat abad merdeka”–Joss Wibisono.
    Penulis: Iksaka Banu
    Editor: Ining
    Kategori: Fiksi, Sastra, Kumpulan Cerpen
    Terbit: 25 Maret 2019
    Harga: Rp60.000
    Tebal: 134 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024811372
    ID KPG: 591901637
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG

  • Semua untuk Hindia

    Semua untuk Hindia

    Tiga belas cerita pendek merentang dari masa prakedatangan Cornelius de Houtman hingga awal Indonesia merdeka. Masing-masing menggoda kita untuk berimajinasi tentang sejarah Indonesia dari sudut pandang yang khas: mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspeksi Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras; administrator perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang kedatangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh. “Sejak

    Terbit: nya karya Buru oleh Pramoedya A.Toer di tahun 1980-an, inilah karya sastra Indonesia yang pertama dan mungkin satu-satunya yang secara radikal menjungkir-balik sejarah nasional.” —Ariel Heryanto, Profesor di Universitas Monash, Melbourne
    Penulis: Iksaka Banu
    Editor: Ining
    Kategori: Sastra, Fiksi, Kumpulan Cerpen
    Terbit: 26 Maret 2018
    Harga: Rp69.000
    Tebal: 172 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248246
    ID KPG: 591801496
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG

  • Malam Terakhir

    Malam Terakhir

    “Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan…. Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan-lukisannya sangat kasat mata.” —H.B. Jassin, pengantar Malam Terakhir edisi pertama “Dalam cerpen ‘Air Suci Sita’, ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai ceritanya dengan kalimat: ‘Tiba-tiba saja malam menabraknya.’ Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental…. Dengan teknik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan mengapa hanya kesetiaan wanita yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria? (…) Sebagai awal dari perjalanan panjang Leila sebagai salah seorang

    Penulis: di masa depan, kumpulan ini penuh janji.” —Putu Wijaya, Tempo, Februari 1990
    Penulis: Leila S. Chudori
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Fiksi, Kumpulan Cerpen, Sastra
    Terbit: 12 Februari 2018
    Harga: Rp 75.000
    Tebal: 119 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248239
    ID KPG: 591801484
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG

  • Nadira

    Nadira

    Di sebuah pagi yang murung, Nadira Suwandi menemukan ibunya tewas bunuh diri. Kematian sang ibu, Kemala Yunus, seorang perempuan yang dikenal sangat ekspresif, berpikiran bebas, dan selalu bertarung mencari diri itu, sungguh mengejutkan. Tewasnya Kemala kemudian mempengaruhi kehidupan Nadira sebagai seorang anak (“Melukis Langit”); seorang wartawan (“Tasbih”); seorang kekasih (“Ciuman Terpanjang”); seorang istri, hingga akhirnya membawa Nadira kepada sebuah penjelajahan ke dunia baru, dunia seksualitas yang tak pernah disentuhnya (“Kirana”). Dalam dua cerita baru kumpulan ini, “Sebelum Matahari Mengetuk Pagi” dan “Dari New York ke Legian”, kita semakin masuk ke dalam dunia batin Nadira. Buku ini merupakan edisi revisi dari buku sebelumnya, “9 dari Nadira”, yang

    Terbit: tahun 2009.
    Penulis: Leila S. Chudori
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Fiksi, Kumpulan Cerpen, Sastra
    Terbit: 23 Maret 2015
    Harga: Rp110.000
    Tebal: 294 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024242725
    ID KPG: 591701323
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG

  • Reni Nuryanti

    Reni Nuryanti

    Reni Nuryanti lahir di Cilacap, 7 Desember 1984. Pada tahun 2010, ia pindah ke Aceh dan bekerja sebagai dosen sejarah di Universitas Samudra. Reni secara khusus memiliki ketertarikan pada sejarah perempuan. Buku perdananya mungkin Bookmanias ada yang sudah pernah baca, ialah “Perempuan dalam Hidup Sukarno: Biografi Inggit Garnasih”.⁣ ⁣ Sejarah kepenulisan Reni sendiri dimulai pada 2006. Namun tulisannya kebanyakan nonfiksi. Sekira 10 buku telah diterbitkan atas namanya. Melihat adanya kaitan erat antara penulisan sejarah dan sastra, Reni pun mulai mendalami sastra sejak 2014. Ia mengasah kemampuannya dengan menulis cerpen.⁣ ⁣ Kumpulan cerpen Reni kemudian diikutkan dalam sayembara Emerging Writers @ubudwritersfest 2018. Karyanya terpilih dan kini telah diterbitkan bersama Comma Books dan Penerbit KPG. Kumcer Reni Nuryanti berjudul “Di Kala Pagi dan Kisah-kisah Lainnya”.

  • Darmawati Majid

    Darmawati Majid

    Darmawati Majid lahir di Bone, kawasan pesisir timur Sulawesi Selatan. Ayah dan kakeknya seorang nelayan, sehingga sulung dari lima bersaudara itu-yang memang sangat dekat dengan keduanya- kerasan berada di laut. Meski begitu, Darma tak pernah ingin jadi nelayan. Ia lebih tertarik menjadi polisi, atau pahlawan yang menyelamatkan dunia, mungkin seperti kesatria baja hitam. Tapi apa bisa perempuan menjadi kesatria baja hitam? Seorang anak bisa menjadi apa pun yang ia mau, tetapi menjadi perempuan langkah bisa terbelenggu. Sering ia bertanya, mengapa di kampung halamannya perempuan tak boleh sekolah? Mengapa seorang istri harus taat dan patuh pada suami, meski suaminya berlaku kasar atau bahkan menikah lagi? Mengapa uang panaik dipatok begitu tinggi, padahal ada semacam aturan yang menuntut perempuan menikah segera setelah mendapatkan haid pertama? Untung bagi Darma, ia bisa mengejar ilmu hingga ke perguruan tinggi. Mengikuti anjuran pamannya, ia mendaftar ke fakultas sastra Inggris Universitas Negeri Makassar pada 2005. Ia kemudian menikah dengan pria yang dapat menjadi sahabat diskusi dalam segala hal, dikaruniai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki yang kembar. Meski sudah berumahtangga, suaminya tetap mengizinkan ia berkuliah lagi pada 2011 untuk memperdalam ilmu Linguistik di Universitas Hasanuddin. Kini di sela kesibukannya menjadi seorang istri, ibu, dan profesinya sebagai peneliti bahasa di Kantor Bahasa Gorontalo, Majid mewujudkan mimpi dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan masa kecilnya lewat tulisan. Kumpulan cerpen Darmawati Majid bisa Bookmanias nikmati dalam “Ketika Saatnya” terbitan Comma Books dan KPG (2019).

  • Rosyid H. Dimas

    Rosyid H. Dimas

    Rosyid H. Dimas bukan nama sebenarnya. Pemuda kelahiran Rembang, 18 Juli 1996 itu menggabungkan namanya Rosyid dengan nama ayahnya H. Dimas sebagai nama pena. Katanya selain agar enak diucapkan, ia bermaksud mengabadikan nama ayahnya yang sudah almarhum.⁣ ⁣ Kenangan lain yang membentuk karier kepenulisan Rosyid ditorehkan kekasihnya. Berkat perempuan yang setia menemaninya sejak SMA, mahasiswa studi Pendidikan Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini jadi gandrung membaca sastra. Dari Albert Camus, Anton Chekhov, Seno Gumira Ajidarma, Triyanto Triwikromo, hingga Faisal Oddang, habis dibacanya. Ia juga berlangganan membaca karya sastra dari koran dan sesekali membuat cerpen untuk kemudian mengirimnya ke berbagai media. ⁣ ⁣ Salah satu cerpennya, “Ote Naus” tembus seleksi @ubudwritersfest 2018. Rosyid pun terpilih sebagai satu dari lima emerging writers. Kini nama Rosyid H. Dimas bisa Bookmanias temukan di rak @gramediabooks dan @gramedia.com. Kumpulan cerpennya dibukukan dengan judul “Menanam Warisan dan Kisah-kisah Lainnya” (CommaBooks, 2019).⁣