Tag: PenerbitKPG

  • Semua untuk Hindia

    Semua untuk Hindia

    Tiga belas cerita pendek merentang dari masa prakedatangan Cornelius de Houtman hingga awal Indonesia merdeka. Masing-masing menggoda kita untuk berimajinasi tentang sejarah Indonesia dari sudut pandang yang khas: mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspeksi Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras; administrator perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang kedatangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh. “Sejak

    Terbit: nya karya Buru oleh Pramoedya A.Toer di tahun 1980-an, inilah karya sastra Indonesia yang pertama dan mungkin satu-satunya yang secara radikal menjungkir-balik sejarah nasional.” —Ariel Heryanto, Profesor di Universitas Monash, Melbourne
    Penulis: Iksaka Banu
    Editor: Ining
    Kategori: Sastra, Fiksi, Kumpulan Cerpen
    Terbit: 26 Maret 2018
    Harga: Rp69.000
    Tebal: 172 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024248246
    ID KPG: 591801496
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 17+
    Penerbit: KPG

  • Olivier Johannes Raap

    Olivier Johannes Raap

    Olivier Johannes Raap lahir tanggal 5 Oktober 1966 di Belanda. Setelah lulus sekolah menengah, dia melanjutkan pendidikan arsitektur di sebuah universitas di Delft. Mulai 1998, entah sudah berapa kali dia mengunjungi Indonesia, khususnya Pulau Jawa, untuk belajar bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan mendalami sejarahnya. Olivier mengumpulkan ribuan benda antik yang berkaitan dengan Indonesia masa lampau, termasuk banyak kartu pos kuno yang akhirnya menjadi materi untuk beberapa buku bertema Djawa Tempo Doeloe. Pada 2013 terbitlah buku pertamanya, Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe, yang kemudian diikuti Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe, dan Kota di Djawa Tempo Doeloe. Buku lainnya ada, Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe, yang terbit pada tahun 2017, dan Potret Pendoedoek di Djawa Tempo Doeloe yang terbit pada tahun 2021. Olivier tak enggan untuk bertatap muka dengan khalayak. Telah digelar roadshow bedah buku yang ramai di banyak kota di Jawa. Olivier bisa dihubungi lewat Facebook dan e-mail: olivierjohannesraap@gmail.com.

  • Dari Jokowi ke Harari

    Dari Jokowi ke Harari

    Dari Jokowi ke Harari mengajak kita untuk memahami pelbagai persoalan politik, ekonomi, sains, sejarah, hingga peradaban dengan cakrawala yang lebih luas. Ditulis secara populer,

    Penulis: bukan saja menyajikan kepada kita argumentasi dan gagasan yang segar, melainkan juga sebuah renungan: Benarkah selama ini kita telah coba mencari solusi atas pelbagai persoalan hidup dengan nalar yang jernih?
    Penulis: Rizal Mallarangeng
    Editor: Candra Gautama
    Kategori: Nonfiksi, Sosial Sains
    Terbit: 18 Februari 2019
    Harga: Rp80.000
    Tebal: 247 halaman
    Ukuran: 120 mm x 190 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024810948
    ID KPG: 591901602
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Pungky Widiaryanto

    Pungky Widiaryanto

    PUNGKY WIDIARYANTO lahir di Bantul, 17 April 1983. Ia lulus pendidikan S1 di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2006. Semasa kuliah, ia tidak hanya berfokus pada dunia akademik, melainkan juga aktif di berbagai kegiatan organisasi, baik di dalam maupun luar kampus. Prestasi akademik dan keaktifannya pada ekstra kurikuler mengantarkan Pungky mendapatkan sejumlah beasiswa, mengikuti Future Leader Program UGM, dan mewakili universitasnya di ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional. Di luar akademik, ia memenangi turnamen olahraga, khususnya cabang Tae Kwon Do dan anggar. Ia juga terpilih sebagai Duta Wisata “Dimas Diajeng” Yogyakarta. Pada 2011, ia melanjutkan pendidikan S2 (MSc) dengan beasiswa dari USAID di Department Forestry, Michigan State University, Amerika Serikat, dan mengambil spesialisasi International Development. Saat kuliah di Amerika, ia memperoleh Ambassador’s Award for Excellence dari Duta Besar Indonesia untuk Amerika. Selain itu, Pungky pernah mendapatkan beasiswa dari British Council, USFS, JICA, Chevening Fellowship, dan Australia Awards. Setelah lulus pendidikan sarjana, ia sempat menjadi dosen di almamaternya. Kemudian, ia mengabdikan diri untuk negeri sebagai aparatur sipil negara hingga kini. Berbagai pelatihan terkait dengan konservasi, kehutanan, perubahan iklim, kebijakan publik, hingga kepemimpinan di dalam dan luar negeri pernah diikutinya. Sehari-hari ia berkecimpung dalam perencanaan konservasi alam dan kehutanan. Selain memimpin beberapa proyek dan bekerja sama dengan rekannya, Pungky menyukai petualangan alam. Terutama di taman nasional, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Oleh karena itu, ia mempersembahkan satu buku khusus berjudul Taman Nasional Indonesia: Permata Warisan Bangsa (KPG, 2021). Pungky juga rajin menulis artikel di media massa, majalah, dan jurnal ilmiah. Ia terlibat aktif dalam penyusunan kajian dan dokumen kebijakan publik, antara lain, “Strategi Nasional REDD+” (2010), “Grand Design Pengendalian Karhutbunla” (2017), “Rasionalisasi Kawasan Hutan” (2018), “Mekanisme Pendanaan Kawasan Konservasi” (2019), dan dokumen perencanaan pembangunan nasional.

  • Daniel Casanave

    Daniel Casanave

    Daniel Casanave ialah seniman Prancis yang bertempat tinggal di Reims dan membagi waktu antara bidang-bidang ilustrasi, skenografi, novel grafis, dan sketsa ruang sidang untuk sidang pengadilan yang ditayangkan di televisi. Dia terlibat membuat novel grafis sejak 2001, fokus ke adaptasi mahakarya sastra dan biografi tokoh publik terkenal. Casanave secara teratur mempublikasikan karya di La Revue Dessinée, majalah novel grafis terkemuka Prancis, dan telah membuat empat novel grafis bersama ahli astrofisika Prancis Hubert Reeves.

  • Laut Bercerita

    Laut Bercerita

    Jakarta, Maret 1998 Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu. Jakarta, Juni 1998 Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul. Jakarta, 2000 Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya. Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan akan anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.

    Penulis: Leila S. Chudori
    Editor: Christina M. Udiani
    Kategori: Fiksi, Novel, Sastra
    Terbit: 23 Oktober 2017
    Harga: Rp115.000
    Tebal: 474 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover | Hardcover
    ISBN: 9786024246945
    ID KPG: 591701418
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 18+
    Penerbit: KPG

  • Identitas dan Kenikmatan

    Identitas dan Kenikmatan

    “Heryanto memiliki kemampuan yang langka untuk mengaitkan analisa tajam atas bentangan masalah media dengan pertanyaan-pertanyaan teoretis yang lebih luas dalam kajian budaya.” (Profesor Krishna Sen, Dekan Fakultas Sastra-Budaya, The University of Western Australia “Buku ini bukan hanya menerka berbagai isu dalam masyarakat mutakhir, mulai dari islamisasi budaya kaum muda perkotaan hingga K-Pop, politik jalanan, minoritas Tionghoa, dan representasi tragedi 1965-66, tetapi juga memperlihatkan kebertautan antar isu tersebut dan bermuara pada problematisasi narasi-narasi besar seperti nasion dan nasionalisme, globalisme dan globalisasi, modernisme dan modernitas, yang selama ini diterima begitu saja.” (Dr Budiawan, Universitas Gadjah Mada “Kekuatan buku ini adalah kajian lintas disiplin yang cair, yang dapat mengaitkan hal-hal yang tak terlihat berkaitan, seperti K-Pop dengan identitas Tionghoa dan gaya hidup islami, representasi kekerasan 1965 dengan premanisme dan tatanan politik formal. Buku ini menjawab kebutuhan akan pemahaman yang lebih kompleks tentang politik identitas dan budaya populer di Indonesia sesudah Reformasi. Buku ini perlu dibaca oleh mahasiswa, ilmuwan, dan pegiat budaya di bidang kajian budaya, kajian Indonesia, dan kajian Asia Tenggara.” (Profesor Melani Budianta, Universitas Indonesia) “Dalam buku ini, Ariel Heryanto membawa kita ke suatu perjalanan yang secara visual amat memukau, dan tampaknya menjadi awal kebangkitan budaya layar Indonesia. Karya sang pelopor kajian budaya Indonesia ini menunjukkan bahwa gejala budaya yang seakan-akan ‘baru lahir’ ini—yang diproduksi baik di atas layar maupun di balik layar—sekaligus bersifat global, punya sejarah panjang, dan berakar mendalam pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Buku ini wajib dibaca oleh semua yang ingin memahami budaya pop Indonesia mutakhir dengan berbagai kontradiksi yang ada di dalamnya.” (Associate Professor Bart Barendregt, Leiden University)

    Penulis: Ariel Heryanto
    Penerjemah: Eric Sasono
    Editor: Christina M. Udiani
    Penataletak Isi: Dadang Kusmana
    Perancang
    Sampul: Wendie Artswenda
    Foto
    Sampul: Ariel Heryanto
    Kategori: Nonfiksi, Sosial Budaya
    Terbit: Agustus 2024 (cetakan keenam)
    Harga: Rp99.000
    Tebal: 366 halaman
    Ukuran: 140 mm x 210 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024244125
    ID KPG: 59180148
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • David Vandermeulen

    David Vandermeulen

    David Vandermeulen ialah seorang penulis dan ilustrator Belgia yang bertempat tinggal di Brussel dan berasal dari komunitas “bande dessinée” bawah tanah. Pada 2005, dia menerbitkan Fritz Haber, seri novel grafis sejarah bergaya realistis. Dia membuat koleksi grafis berjudul “La Petite Bédéthèque des Savoirs” (“Perpustakaan Pengetahuan Kecil”) untuk penerbit Belgia Le Lombard, sehingga membuatnya bereputasi sebagai spesialis novel grafis sains.

  • Penunggang Kuda dalam Kegelapan

    Penunggang Kuda dalam Kegelapan

    “Kita memiliki banyak catatan yang mengindikasikan bahwa sejak dulu selalu ada orang yang merasa hidupnya nyaman dan berbahagia jika kehidupan politik dalam keadaan kacau…. Operator besar, yang ingin meraih keuntungan politik besar, bukan menunggu proyek, melainkan menciptakan proyek dan siap mendanai proyek sebesar apa pun. Permainan dilaksanakan secara canggih dan diberi kode highly confidential. Orang hanya bisa berbisik-bisik atau sekadar mengedipkan mata untuk menyatakan sesuatu. Tiap detik terasa gawat saking begitu rahasianya. Mereka dicekam ketegangan. Tapi bagi aktor yang sudah terlatih, ketegangan bisa diubah menjadi ketenangan. Doktrin utamanya: ciptakan kekacauan. Kalau keadaan sudah kacau, alhamdulillah, kita tinggal menunggangi baik-baik kekacauan itu. Pastikan kekacauan itu bisa membesar dan tak terkendali. Kita memanfaatkan kekacauan demi kepentingan politik kita sendiri.” —Mohamad Sobary Penunggang kuda dalam Kegelapan adalah kumpulan esai kelima Mohamad Sobary yang diterbitkan oleh KPG. Empat buku lainnya adalah Tikuse Pada Ngidung (2018), Mark Hanusz & Pramoedya Ananta Toer (2016), Semar Gugat di Temanggung (2012), dan Makamkan Dirimu di Tanah Tak Dikenal (2012). Sama dengan keempat buku sebelumnya, Kang Sobary tetap dengan jernih dan renyah mengupas serba persoalan di Tanah Air lewat kacamata seorang sosiolog, sastrawan, dan budayawan. Membaca kelima buku Kang Sobary, demikian panggilan akrabnya, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa lelaki ini, yang pernah memimpin LKBN (Lembaga Kantor Berita Nasional) Antara (2000-2005), merupakan satu dari sedikit esais terbaik di Indonesia.

    Penulis: Mohamad Sobary
    Editor: Candra
    Kategori: Nonfiksi, Sosial Budaya
    Terbit: 12 Februari 2018
    Harga: Rp60.000
    Tebal: 275 halaman
    Ukuran: 135 mm x 200 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024247386
    ID KPG: 591801444
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • HMT Oppusunggu

    HMT Oppusunggu

    Humala Mangantar Tua (HMT) Oppusunggu lahir dari keluarga sederhana di Desa Marihat I, daerah perkebunan di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 23 Agustus 1923. Meski begitu, pendidikan tetap nomor satu. Pada era penjajahan Belanda ia bersekolah di HBS VB Medan. Saat Jepang berkuasa, dia sekolah di Syonan Ika Daigaku, Singapura. Baru setelah Indonesia merdeka, Oppusunggu boleh berbangga bisa kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Kelak, ia juga berkesempatan menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas terbaik di Amerika Serikat, yakni School of Economics, Yale University. Dalam dunia pendidikan, Oppusunggu bisa dibilang anak ideologis Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, ekonom terkenal dan mantan Menteri Perdagangan RI. Sang profesor juga yang merekomendasikan Oppusunggu muda bekerja sebagai staf junior di Komisi Ekonomi dan Sosial PBB Untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) di Bangkok, Thailand. Dari sekadar magang, penulis yang pernah menyandang pangkat letnan II, TNI, komandemen Sumatra, Bukittinggi itu, akhirnya mengabdi selama 20 tahun di ESCAP dan menjadi perwakilan Indonesia yang menjabat penasihat bidang ekonomi di lembaga internasional tersebut. Sekembalinya ke Indonesia, kebiasaan Oppusunggu menganalisa situasi ekonomi mikro dan makro terus berlanjut. Di usianya yang hampir seabad, mantan wakil rektor Universitas Nommensen Medan itu tetap rutin membaca koran, menyampaikan kritik dan saran, perbaikan-perbaikan untuk pemerintah kita lewat tulisan di media massa. Buah pemikiran Oppusunggu sebagian besar telah dibukukan. Teranyar, KPG menerbitkan kumpulan opininya dari tahun 1986-2018 dengan judul Pengecam Polos Indonesia Tiada Tara. HMT Oppusunggu meninggal dunia pada Selasa, 5 Januari 2021 pukul 06.27 WIB di RS. Siloam Kebun Jeruk, Jakarta.