Tag: Puisi

  • Farhanah

    Farhanah

    Farhanah lahir di Bogor pada 22 Agustus 1988 dan lulus dari Ilmu Komunikasi UI pada 2010. Kini sedang menjadi editor pelaksana di jurnalruang.com. Turut bergabung dalam serikat pekerja media dan kreatif serta terlibat di sebuah inisiasi literasi digital dan organisasi anak muda. Ketertarikannya terhadap media digital telah membawa kesukaannya menulis puisi keluar dari persembunyian ketika menemukan sesamanya melalui internet. Kumpulan puisi karya Farhanah telah dibukukan dengan judul “Masuk Toko Keluar di Tokyo” (Comma Books, 2018).

  • Waraney Herald Rawung

    Waraney Herald Rawung

    Waraney Herald Rawung lahir di Jakarta, 21 April 1975. Kuliah di Program Diploma Sastra Inggris, Fakultas Sastra (1998) dan Program Ekstensi Komunikasi Massa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (2004), Universitas Indonesia. Menulis puisi sejak kecil, dapat semangat baru sejak bergabung dengan Komunitas BungaMatahari pada 2000. Sebagian puisinya tersimpan di blog pribadi Malam Kemarau dan tersimpan dalam Antologi BungaMatahari (Avatar Press, 2006) dan Jurnal Selatan Edisi Musim Hujan 2015. Kumpulan Puisi Waraney Herald Rawung telah dibukukan dengan judul “Ada Propaganda Cinta yang Harus Selesai Sore Ini” (KPG, 2019).

  • Edo Wallad

    Edo Wallad

    Edo Wallad lahir di Jakarta, 10 November 1977. Bungsu dari empat bersaudara itu awalnya tidak tahu ingin menjadi apa, sampai seorang sahabat menyarankan untuk menulis dan mengirimnya ke sebuah majalah gaya hidup. Sejak itu, menulis jadi bagian dari hidupnya. Banyak hal sudah ia tulis, dari artikel di sejumlah media masa, cerpen, puisi, lirik lagu, naskah cerita, naskah siaran radio, hingga proposal program di NGO. Keterlibatannya dengan puisi sendiri bermula pada 2003, ketika seorang teman mengajaknya bergabung dalam komunitas penyair BungaMatahari yang didirikan @violeteye. Saat itu, penulis berdarah Aceh-Jawa-Sunda ini sudah bekerja di suatu majalah. Ia merasa berlatih menulis puisi bagus untuk mengasah rasa dan kosakata. Edo ingat sajak pertama yang ia buat berjudul “Sepertiga Malam”. Iseng-iseng dia kirim puisi tersebut ke open submission untuk buku antologi puisi yang digelar Akademi Kebudayaan Yogyakarta. “Alhamdullilah, puisi saya diterima.” Ia juga pernah meraih juara satu lomba penulisan puisi jilid dua yang diadakan Oase Pustaka melalui open submission pada 2017. Selain menulis puisi, penggemar Kho Ping Hoo yang dulunya adalah seorang editor di beberapa media ini, kini memutuskan untuk fokus bermusik bareng bandnya The Safari. Selain itu, sejak 2010 Edo giat mengadvokasi penghapusan stigma dan akses kesehatan pada kaum marjinal di Indonesia. Puisi-puisi karya Edo Wallad telah dibukukan dengan judul “Pesta Sebelum Kiamat” yang diterbitkan oleh Comma Books (2018).

  • Agung Setiawan S.

    Agung Setiawan S.

    Puisi dan kampus, dua hal yang tak terpisahkan dari seorang Agung Setiawan S, bungsu dari dua bersaudara. Kampus bagi Agung telah menjadi ruang eksplorasi ide-ide gila dalam hidupnya. Melalui puisi, disitulah ia meluapkan segala kegilaan tersebut. Usai menyelesaikan pendidikan sarjana hingga pascasarjana di program studi ilmu filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, pria berdarah Melayu-Belitong itu memutuskan mengikuti jejak ibunya yang juga adalah seorang pendidik, dengan menjadi seorang dosen. Kini dedikasinya pada dunia pendidikan dilanjutkan di kampung halaman semenjak tahun 2017. Selain produktif menulis puisi, penggemar Jim Morrison dan Kurt Cobain ini memiliki ketertarikan besar pada dunia teater, seni peran, serta dunia film. Semasa berkuliah, ia tergabung dalam kelompok teater Agora, Teater Sastra, dan Pandora. Lebih dari sepuluh pementasan telah Agung lakoni. Terakhir di Taman Ismail Marzuki bersama grup teater Pandora dalam penggarapan pentas berjudul “Pernikahan Darah” adaptasi naskah drama yang telah dibukukan dengan judul sama, karya dramawan Spanyol Federico Garcia Lorca. Lebih dari tujuh produksi film pendek pun telah dijajalnya bersama komunitas film Mondiblanc, tiga diantaranya berhasil masuk skala nasional dan kualifikasi festival internasional. Puisi-puisi karya Agung Setiawan S ini telah dibukukan dengan judul “Menyelamimu” yang diterbitkan oleh Comma Books (2019).