Tag: SeriTempo

  • Seri Tempo: Ali Sadikin, Gubernur Jakarta yang Melampaui Zaman

    Seri Tempo: Ali Sadikin, Gubernur Jakarta yang Melampaui Zaman

    SEJARAH Jakarta tak bisa dilepaskan dari sosok Ali Sadikin. Ditunjuk langsung sebagai Gubernur DKI Jakarta (menjabat 1966–1977) oleh Presiden Sukarno, Bang Ali—begitu dia biasa disapa—dinilai mampu mengatasi berbagai problem yang melanda ibu kota. Selama 11 tahun menjabat gubernur, Bang Ali tidak hanya meletakkan fondasi perkembangan Jakarta, tetapi juga menunjukkan bagaimana seharusnya kota yang bermartabat sekaligus hijau dibangun. Bagi Bang Ali, Jakarta harus menjadi ibu kota yang mencerminkan kebanggaan nasional, sesuai cita-cita Bung Karno. Untuk itu, dia berupaya mewujudkan Jakarta yang manusiawi, berbudaya, nyaman, dan tertib. Dia membangun berbagai fasilitas publik dan memperbaiki kampung kumuh, berupaya mengatasi banjir dengan menyiapkan kawasan hijau yang mengelilingi ibu kota, membangun tempat berkumpul bagi para seniman, dan ikut mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Namun, kepemimpinan Bang Ali bukan tanpa kontroversi. Dia, misalnya, melegalkan perjudian dan memungut pajaknya untuk mengubah wajah kota yang suram menjadi metropolis. Bang Ali tidak peduli meski dicaci-maki dan dijuluki “gubernur maksiat”. Setelah tidak menjabat gubernur, dia bergabung dengan kelompok Petisi 50 dan tak ragu menunjukkan sikap politik yang berseberangan dengan Presiden Soeharto.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Tim Penyunting: Bagja Hidayat, Fery Firmansyah, Mustafa Silalahi, Nurdin Kalim, Stefanus Pramono, Redaksi KPG
    Tim Produksi: Djunaedi, Munzir Fadly, Aji Yuliarto
    Perancang
    Sampul: Bambang Nurdiansyah
    Penataletak
    Sampul: & Isi: Setyo Bekti Nugroho
    Kategori: Nonfiksi, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 22 November 2023
    Harga: Rp75.000
    Tebal: 297 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786231341167
    ISBN: Digital: 9786231341174
    ID KPG: 592302209
    Bahasa: Indonesia
    Usia: 15+
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Antropologi Kuliner Nusantara

    Seri Tempo: Antropologi Kuliner Nusantara

    Banyak kisah di balik kekayaan kuliner Nusantara. Dominannya rasa, bumbu, dan bahan makanan tertentu di suat u daerah bisa dikaitkan dengan banyak hal: dari budaya, agama, politik, perdagangan, hingga riwayat penaklukan di masa silam. Tempo menelusuri “peradaban rasa” itu dari tumpukan manuskrip kuno hingga ke jantung belantara di pulau-pulau yang jauh. Semua tersuguh untuk Anda.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Ilustrasi/Foto
    Sampul: Ijar Karim & Kendra Paramita
    Penata Letak
    Sampul: Teguh Tri Erdyan
    Penata Letak Isi: Boy Bayu Anggara
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah, Kuliner
    Terbit: Juli 2015
    Harga: Rp. 49.500
    Tebal: 148 halaman
    Ukuran: 170 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799108913
    ID KPG: 591501005
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Jalan Pos Daendels

    Seri Tempo: Jalan Pos Daendels

    Membentang dari Anyer, Jawa Barat sampai Panarukan, Jawa Timur, Jalan Raya Pos dibangun hanya dalam setahun, 1808-1809. Kala itu, Herman William Daendels menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Marsekal Herman Willem Daendels datang ke Batavia pada 1808. Dia berwatak keras, tak hormat kepada raja-raja Yogyakarta dan Surakarta, apalagi bupati-bupati dan residen-residen. Lewat perintah dan tangan besi Daendels, pembangunan jalan itu dilaksanakan sebagai jalur mobilisasi pasukan dari Buitenzorg (Bogor) ke sepanjang Nusa Jawa. Di balik kemegahan Jalan Pos sepanjang 1.000 kilometer itu, tersimpan cerita-cerita muram, kisah kekerasan dan kebrutalan. Buku ini mengisahkan liputan Tempo menyusuri ruas-ruas Jalan Raya Pos. Ada kawasan tempat perkuburan pekerja rodi di zaman Daendels, yang juga makam jenazah korban penembakan misterius Orde Baru. Terdapat pula kelenteng-kelenteng yang setiap Cap Go Meh menggelar arak-arakan melewati Jalan Pos Daendels. Tak hanya itu, tersaji kisah pencarian awal stasium pos Daendels di Serang, Banten, serta lokalisasi di sepanjang Pantai Utara Jawa.

    Penulis: Redaksi TEMPO
    Editor: Galang Aji Putro
    Perancang
    Sampul: Landi A. Handwiko
    Tataletak Isi: Dadang Kusmana
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah
    Terbit: 2 Oktober 2017
    Harga: Rp60.000
    Tebal: 136 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024246839
    ID KPG: 591701408
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Sjam, Lelaki dengan Lima Alias

    Seri Tempo: Sjam, Lelaki dengan Lima Alias

    Dua tahun setelah aksi berdarah Gerakan 30 September, Sjam Kamaruzaman baru muncul di depan publik. Ketika itu, Juli 1967, ia menjadi saksi dalam pengadilan Sudisman, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia. Sebelumnya ia hanya bayang dalam halimun: keberadaannya setengah dipercaya, setengah tidak. Biro Chusus, badan rahasia PKI yang dipimpinnya, semula diduga hanya khayalan tentara untuk memudahkan Soeharto memusnahkan partai komunis itu. Namun Sjam membenarkan semua tudingan. Ia mengaku memimpin Biro Chusus dan merencanakan aksi rahasia G30S. Sebagai orang yang bertugas memengaruhi anggota tentara agar mendukung PKI, ia punya akses ke kalangan militer. Seorang putranya mengenang bagaimana di penjara Sjam menempati sel yang besar serta diizinkan memiliki uang satu tas penuh untuk memenuhi segala kebutuhan. Siapakah Sjam, lelaki dengan lima nama alias itu? Adakah ia agen ganda atau sekadar pengikut Ketua PKI D.N. Aidit yang setia? Kisah tentang Sjam Kamaruzaman adalah satu cerita tentang orang kiri Indonesia yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2007-2010. Menyingkap yang belum terungkap, buku ini mengetengahkan pemikiran, ketakutan, kekecewaan, pengkhianatan, juga kisah cinta, dan perselingkuhan sejumlah tokoh komunis Indonesia.

    Penulis: Redaksi TEMPO
    Editor: Arif Zulkifli, Bagja Hidayat, Redaksi KPG
    Perancang
    Sampul: Muhammad Rumi
    Penataletak
    Sampul: Wendie Artswenda
    Penataletak isi: Dadang Kusuma
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah
    Terbit: 6 Februari 2013
    Harga: Rp50.000
    Tebal: 116 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 13: 9789799102812
    ID KPG: 92904100375
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG E-book
    Gramedia Digital Buku Terkait

  • Seri  Tempo: Njoto, Peniup Saksofon di Tengah Prahara

    Seri Tempo: Njoto, Peniup Saksofon di Tengah Prahara

    Ia berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis serta piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu “pro-rakyat”. Ia menghapus The Old Man and the Sea, film yang diangkat dari novel Ernest Hemingway dari daftar film Barat yang diharamkan Partai Komunis Indonesia. Ia menghayati Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang “kapitalis” harus selalu dimusuhi. Njoto adalah sisi lain dari sejarah Gerakan 30 September 1965. Kecuali buku-buku Orde Baru yang menyebut semua anggota PKI terlibat G30S, kebanyakan sejarawan tak menemukan keterlibatan Njoto dalam aksi revolusioner itu. Menjelang prahara 1965 ia tak lagi berada di lingkaran dalam Ketua PKI D.N. Aidit: ia disingkirkan akibat terlalu dekat dengan Sukarno. Keretakan Njoto dengan Aidit dipercaya juga disebabkan oleh perselingkuhan Njoto dengan Rita, seorang perempuan Rusia yang disebut-sebut intel KGB. Kisah tentang Njoto adalah satu cerita tentang “orang kiri Indonesia” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2007-2010. Menyingkap yang belum terungkap, buku ini mengetengahkan pemikiran, ketakutan, kekecewaan, pengkhianatan, juga kisah cinta dan perselingkuhan sejumlah tokoh komunis Indonesia.

    Penulis: Redaksi TEMPO
    Perancang
    Sampul: Kendra H. Paramita
    Penataletak
    Sampul: & isi: Wendie Artswenda
    Editor: Arif Zulkifli, Bagja Hidayat, Redaksi KPG
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah
    Terbit: Oktober 2010
    Harga: Rp50.000
    Tebal: 130 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 13: 9789799102805
    ID KPG: 92904100374
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG E-book
    Gramedia Digital Buku Terkait

  • Seri Tempo: Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara

    Seri Tempo: Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara

    Bertahun-tahun orang mengenalnya sebagai “si jahat”. Lelaki gugup berwajah dingin dengan bibir yang selalu berlumur asap rokok. Dialah Dipa Nusantara Aidit yang dikenal melalui film Pengkhianatan G-30-S/PKI. Di layar perak kita ngeri membayangkan sosoknya: lelaki penuh muslihat, dengan bibir bergetar memerintahkan pembunuhan massal 1965. Siapakah Aidit? Memimpin PKI pada

    Usia: 31, ia hanya perlu setahun untuk melambungkan partai itu dalam
    Kategori: empat partai besar di Indonesia pada Pemilu 1955. PKI mengklaim memiliki 3,5 juta pendukung dan menjadi partai komunis terbesar di dunia setelah partai Komunis di Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Aidit memimpikan Indonesia tanpa kelas, tapi ia terempas dalam prahara 1965. Setelah itu, seperti juga Peristiwa G30S, ia jadi mitos. Ia dibenci namun diam-diam dipelajari kembali. Kisah tentang D.N. Aidit adalah satu cerita tentang “orang kiri Indonesia” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2007-2010. Menyingkap yang belum terungkap, buku ini mengetengahkan pemikiran, ketakutan, kekecewaan, pengkhianatan, juga kisah cinta, dan perselingkuhan sejumlah tokoh komunis Indonesia.
    Penulis: Redaksi TEMPO
    Perancang
    Sampul: Muhammad Rumi Adiyan
    Penataletak
    Sampul: Wendie Artswenda
    Penataletak isi: Dadang Kusuma
    Editor: Arif Zulkifli, Bagja Hidayat, Redaksi KPG
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah
    Terbit: Oktober 2010
    Harga: Rp50.000
    Tebal: 164 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 13: 9789799102799
    ID KPG: 92904100373
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG E-book
    Gramedia Digital Buku Terkait

  • Seri Tempo: Musso, Si Merah di Simpang Republik

    Seri Tempo: Musso, Si Merah di Simpang Republik

    Banyak orang mengenalnya sebagai tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemberontakan 1926 dan 1948. Yang pertama aksi PKI menentang pemerintah kolonial Belanda.Yang terakhir gerakan PKI di Madiun, Jawa Timur, melawan pemerintah pusat. Dialah Musso, anak Kediri yang ketika kecil dikenal rajin mengaji. Mendapat pendidikan politik ketika indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, sepak terjangnya di masa-masa awal kemerdekaan tidak bisa diremehkan. Peran politik Musso bisa disejajarkan dengan peran Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka. Ia bermimpi tentang negeri yang adil, setara, dan merdeka seratus persen. Namun, ia memilih jalan radikal—bersimpang jalan dengan kalangan non-komunis, bahkan juga kalangan kiri yang tak segaris—hingga akhirnya lumat dalam gerakan yang masih berupa benih. Kisah tentang Musso adalah satu cerita tentang “orang kiri Indonesia” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2007-2010. Menyingkap yang belum terungkap, buku ini mengetengahkan pemikiran, ketakutan, kekecewaan, pengkhianatan, juga kisah cinta dan perselingkuhan sejumlah tokoh komunis Indonesia.

    Penulis: Redaksi TEMPO
    Perancang
    Sampul: Kendra H. Paramita
    Penataletak
    Sampul: Wendie Artswenda
    Penateletak isi: Dadang Kusuma
    Editor: Wahyu Dhyatmika, Redaksi KPG
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah
    Terbit: Januari 2011
    Harga: Rp50.000
    Tebal: 168 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 13: 9789799103062
    ID KPG: 901110400
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG E-book
    Gramedia Digital Buku Terkait

  • Seri Tempo: Kartosoewirjo, Mimpi Negara Islam

    Seri Tempo: Kartosoewirjo, Mimpi Negara Islam

    Berasal dari keluarga abangan, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo menjadi pemimpin pemberontakan Darul Islam. Berbekal pengetahuan agama Islam yang digalinya secara otodidak, Kartosoewirjo memberontak demi cita-cita negara Islam. Toh, pemberontakannya telah ikut mewarnai sejarah pembentukan Republik yang masih berusia muda. Hampir lima puluh tahun setelah kematiannya, pemikiran dan cita-cita mendirikan negara Islam masih bergelora di kalangan sebagian umat Islam negeri ini dan masih terus mengilhami berbagai kelompok di negeri ini yang ingin menegakkan sebuah negara Islam—baik dengan jalan damai maupun kekerasan. Pengusung cita-cita negara Islam itu boleh saja terpecah-belah karena alasan ideologi atau kepentingan pribadi pemimpinnya. Ada yang memilih mengembangkan pendidikan, berjuang dengan program advokasi, ada pula yang tetap menghalalkan jalan kekerasan. Kelompok lain diyakini menjadi cikal bakal Jamaah Islamiyah. Namun semuanya tetap mengaku penerus cita-cita Kartosoewirjo. Kisah tentang Kartosoewirjo adalah satu cerita tentang “Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2003-2010. Serial ini menampilkan wajah Islam Indonesia yang beragam: dari dulu hingga kini selalu ada orang yang mengedepankan jalan moderat dan demokratis, tapi ada pula—karena kekecewaan—menyokong radikalisme dan kekerasan.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Kategori: Nonfiksi, Humaniora, Politik
    Terbit: 21 Oktober 2016
    Harga: Rp60.000 (Seri Buku Saku: Rp45.000)
    Tebal: 158 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024242121
    ID KPG: 591601277
    Usia: 13+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri TEMPO: Wali Nusantara, Jejak Perjalanan Syiar

    Seri TEMPO: Wali Nusantara, Jejak Perjalanan Syiar

    Jalan damai syiar Islam tak hanya dilakukan Wali Sanga di Jawa. Setelah era mereka, di Aceh, misalnya, Abdurrauf al-Singkili mampu menjadi penengah pertikaian antar-pemeluk Islam dan mengembangkan tarekat Syattariyah. Dia menekankan, umat Islam tidak boleh sembarangan menuduh orang atau kelompok lain sesat dan kafir. Di Pulau Bawean, Waliyah Zainab meneruskan misi suaminya yang tewas untuk menyebarkan Islam dengan menonjolkan kesadaran komunal lewat zikir dan puja-puji. Selain Abdurrauf al-Singkili dan Zainab, buku ini mengisahkan sembilan tokoh lain dari penjuru Nusantara yang menyebarkan Islam secara damai. Mereka ialah Burhanuddin Ulakan dari Padang Pariaman, Sumatra Barat; Tubagus Muhammad Falak bin Abbas dari Bogor; Syekh Abdul Muhyi dari Tasikmalaya; Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dari Banjarmasin; Sunan Prapen, cucu Sunan Giri, yang menyebarkan Islam hingga Lombok, Nusa Tenggara Barat; Datuk ri Bandang, Datuk ri Pattimang, dan Datuk ri Tiro dari Minangkabau yang menyebarkan Islam di Sulawesi hingga Bima, Nusa Tenggara Barat; dan Syekh Yusuf alMakassari dari Sulawesi, yang melakukan syiar di Banten dan luar negeri. Semoga kisah mereka—yang memperbesar nama Islam di Nusantara—dapat menjadi teladan untuk memaknai kembali nilai keislaman yang tidak saling menghujat dan menganiaya, melainkan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.

    Penulis: Redaksi TEMPO
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah, Biografi
    Terbit: 27 Juli 2020
    Harga: Rp 60.000
    Tebal: 133 halaman
    Ukuran: 160 x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9786024814427
    ID KPG: 592001827
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG

  • Seri Tempo: Natsir, Politik Santun di Antara Dua Rezim

    Seri Tempo: Natsir, Politik Santun di Antara Dua Rezim

    Mohammad Natsir orang yang puritan. Hidupnya tak berwarna-warni seperti cerita tonil. Tapi kadang kala orang yang lurus bukan tak menarik. Ia punya daya tarik sendiri: santun, bersih, konsisten, toleran, tapi teguh berpendirian. Indonesia sekarang seakan-akan hidup di sebuah lingkaran setan yang tak terputus: regenerasi kepemimpinan terjadi, tapi birokrasi dan politik yang bersih, kesejahteraan sosial yang lebih baik, terlalu jauh dari jangkauan. Natsir seolah-olah wakil sosok yang berada di luar lingkaran itu. Ia jujur, tajam, tegas dengan sikap yang diambil, bersahaja. Di balik kelemahlembutannya, ia membuat kita sadar: bertahan dengan sikap yang bersih, konsisten, dan bersahaja itu bukan mustahil meskipun penuh tantangan. Hari-hari belakangan ini kita merasa teladan hidup seperti itu begitu jauh, bahkan sangat jauh. Kisah Natsir adalah satu cerita tentang “Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Juli 2008. Serial ini menampilkan wajah beragam Islam Indonesia: dari dulu hingga kini selalu ada orang yang mengedepankan jalan moderat dan demokratis, tapi ada pula—karena kekecewaan—menyokong radikalisme dan kekerasan.

    Penulis: Redaksi Tempo
    Kategori: Nonfiksi, Sejarah, Biografi, Seri Tempo
    Terbit: 22 Februari 2016
    Harga: Rp 45.000
    Tebal: 176 halaman
    Ukuran: 160 mm x 230 mm
    Sampul: Softcover
    ISBN: 9789799112163
    ID KPG: 591601122
    Usia: 15+
    Bahasa: Indonesia
    Penerbit: KPG